Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tingkat Konsumsinya Paling Tinggi, Chatib Basri Sebut Tugas Kelas Menengah adalah Mengeluh

Tingkat Konsumsinya Paling Tinggi, Chatib Basri Sebut Tugas Kelas Menengah adalah Mengeluh Kredit Foto: Instagram/Chatib Basri
Warta Ekonomi, Depok -

Penduduk Indonesia saat ini diharapkan dapat didominasi oleh kelas menengah. Mereka adalah kelompok yang kinerja dan usahanya akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Chatib Basri menjelaskan, ciri kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang ingin menunjukkan kekuatannya dalam masyarakat melalui gaya hidup mereka.

“Ciri dari kelas menengah itu adalah dia ingin menunjukkan status kekuatan kelas menengahnya, itu dari lifestyle-nya. Makanya kalau di Prancis itu muncul misalnya di dalam yang disebut sebagai masyarakat kafe. Sekarang aja lihat aja kalau mau cari kafe ya paling banyak di Jakarta Selatan,” kata Chatib, dikutip dari kanal Youtube Total Politik pada Jumat (16/6/2023).

Baca Juga: Nilai Mudahkan Investor, Chatib Basri Sebut UU Cipta Kerja Bisa Atasi Ketidakpastian dalam Bisnis

Ia menyebut kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang ingin dilihat dan terlihat gaya hidupnya oleh kelompok lain.

“Dulu kalau kita makan (di) restoran Padang, itu yang muncul di luar itu adalah makanannya. Sekarang, orang enggak mau pergi ke restoran yang begitu. Dia pengen duduk kalau datang ke restoran itu di jendela karena konsepnya adalah seen and to be seen, dia kelihatan dan dia bisa ngelihat orang. Itu adalah cerminan dari kelas menengah dan itu munculnya di generasi yang lebih baru di Jakarta Selatan,” jelasnya.

Namun, ia mengatakan bahwa tidak ada definisi yang pasti untuk mendeskripsikan kelas menengah karena mereka bukan kalangan pemilik modal maupun kelas pekerja.

“Di dalam debat, kelas menengah itu adalah sesuatu konsep yang tidak jelas karena gimana mendefinisikannya, mereka bukan pemilik modal tapi dia juga bukan kelas pekerja. Kelas menengah itu mulai terjadi dari orang yang manajemen, CEO, sampai dengan misalnya penjaga toko, itu bagian dari kelas menengah,” beber Chatib.

Ia lebih suka mendefinisikan kelas menengah sebagai kelas konsumen karena tingkat konsumsinya yang paling besar dalam masyarakat. Saat ini, jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 120 juta penduduk dengan rata-rata menghabiskan pengeluaran Rp6 juta per bulan.

“Makanya gua lebih suka mendefinisikan itu sebagai kelas konsumen karena dilihat dari besarnya konsumsi mereka dan makin lama itu porsinya makin besar. Jadi kalau lihat datanya mungkin ada 120 juta orang kelas menengah dalam 10 tahun ke depan. World Bank itu pakai yang namanya aspiring middle class, jadi kelas menengah sama digabung dengan mereka yang ingin jadi kelas menengah 120 juta, itu yang konsumsinya sekitar di atas 6 juta,” katanya.

Dengan demikian, Chatib menyatakan fungsi kelas menengah dalam masyarakat adalah untuk mengeluh kepada pemerintah. Ia menjelaskan keluhan tersebut akan berdampak positif bagi penyediaan barang publik yang dibutuhkan oleh masyarakat luas.

“Mereka adalah kelas yang secara politik gua menyebutnya itu adalah certified complainer atau professional complainer (pengeluh profesional) karena memang tugasnya ngeluh dan enggak ada yang salah dengan itu. Kelas menengah itu akan punya rule melalui keluhannya, ini yang terjadi dengan dia viral. Penyediaan public goods itu akan bisa jadi jauh lebih baik karena mereka mengeluh,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: