Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Canggih Banget! Bill Gates Kucurkan Uang ke Startup Pertambangan yang Gunakan Teknologi AI

Canggih Banget! Bill Gates Kucurkan Uang ke Startup Pertambangan yang Gunakan Teknologi AI Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan capital venture milik Bill Gates baru saja dilaporkan berinvestasi pada startup pertambangan yang menggunakan AI untuk menambang elemen tanah jarang. Perusahaan tersebut bernama KoBold Metals yang telah menutup putaran pendanaan yang memahkotainya sebagai AI "unicorn" senilai USD1 miliar (Rp15 triliun) dan mengikat beberapa investor terbesar di dunia.

Sebanyak putaran USD200 juta (Rp3 triliun), dilaporkan di Wall Street Journal, termasuk uang dari Bill Gates yang berinvestasi di perusahaan energi bersih itu yang juga dibekingi atas nama Jeff Bezos dan Jack Ma.

Melansir Fortune di Jakarta, Rabu (21/6/23) investor lain termasuk perusahaan VC yang sangat berpengaruh Andreessen Horowitz dan Bond Capital.

Baca Juga: Tegas dan Lugas, Melinda Mantan Istri Bill Gates Ultimatum Pemimpin Dunia untuk Segera Reformasi Sistem Keuangan Global

Kenaikan tersebut membuat valuasi KoBold menjadi lebih dari USD1 miliar. Putaran pendanaan terakhir perusahaan mengumpulkan USD192,5 juta (Rp2,8 triliun) pada Februari 2022. Terobosan Energy Ventures dan Bond adalah bagian dari putaran sebelumnya.

KoBold didirikan pada tahun 2018, unicorn ini menggunakan pembelajaran mesin untuk mencari endapan logam yang penting untuk pembuatan baterai kendaraan listrik, khususnya litium, nikel, kobalt, dan tembaga.

Perusahaan memiliki lebih dari 60 proyek di tiga benua, di mana saat ini berinvestasi USD100 juta (Rp1,5 triliun) per tahun. Perusahaan juga memiliki anggaran penelitian dan pengembangan yang luas yang dikhususkan untuk penggunaan AI dalam memodelkan bawah permukaan bumi dan menjelajahi kedalaman di luar jangkauan teknik konvensional.

“Alat AI ini dibangun di atas konsep yang kami sebut efficacy of information (EOI), memungkinkan KoBold untuk menentukan data mana yang akan dikumpulkan pada setiap langkah eksplorasi untuk memaksimalkan pengurangan ketidakpastian,” kata perusahaan itu di situs webnya.

Mungkin butuh waktu lebih lama untuk mencapai logam, tetapi pengeboran akan fokus pada presisi, kata perusahaan itu. Pembelian deposit tembaga baru-baru ini di Zambia, misalnya, diperkirakan akan memakan waktu delapan tahun untuk membuahkan hasil.

Permintaan litium, nikel, kobalt, dan tembaga sedang meningkat. Pada tahun 2050, KoBold memperkirakan akan ada kesenjangan USD12 triliun antara penawaran dan permintaan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Advertisement

Bagikan Artikel: