Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) Makin Berkembang, Bakal Saingi Kecerdasan Manusia?
Kehadiran perangkat lunak ChatGPT pada November 2022 lalu semakin membuktikan bahwa artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan menjadi teknologi masa depan yang memudahkan setiap aspek dalam kehidupan manusia.
Pada dasarnya, kecerdasan buatan memungkinkan komputer atau mesin untuk mempelajari pola-pola dalam data dan membuat keputusan berdasarkan data tersebut. Dengan demikian, AI telah banyak digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti di bidang kesehatan, transportasi, pendidikan, dan banyak lagi.
Ilmuwan AI terkemuka di Bay Area, Yasantha Rajakarunanayake mengatakan bahwa AI merupakan gebrakan yang memulai gelombang revolusi industri keempat. Dalam periode ini, teknologi akan mengerjakan tugas-tugas kognitif yang biasanya dikerjakan oleh pekerja kerah putih.
Baca Juga: Mengintip Peluang Bisnis dari Teknologi Kecerdasan Buatan
“Saya ingin memperkenalkan apa itu AI terlebih dahulu. Jadi pada dasarnya, ini adalah salah satu topik terpanas akhir-akhir ini, baik di AS maupun di seluruh dunia, karena AI membuat kita terkejut. Beberapa orang menyebutnya revolusi industri keempat. Yang pertama tentu saja ketika mesin uap ditemukan. Yang kedua adalah Edison; listrik dan telepon. Jadi yang ketiga adalah dengan komputer di tahun 60-an, di mana kita melepaskan sebagian beban komputasi kita. Dan sekarang dengan AI, revolusi keempat di mana kita bisa melepaskan tugas-tugas yang bersifat kognitif dan juga pekerjaan kerah putih,” kata Yasantha, dikutip dari kanal Youtube Gita Wirjawan pada Kamis (22/6/2023).
Ia menjelaskan bahwa AI hanya mampu mengerjakan tugas yang spesifik berdasarkan data yang diberikan saja. Dengan demikian, AI belum mampu mengoperasikan tugas yang kompleks, seperti menjalankan pemerintahan, perusahaan, perbankan, dan lain sebagainya.
“AI adalah ketika Anda pandai mengerjakan tugas spesifik, misalnya bermain catur. Dan Anda bisa mengalahkan semua manusia. Jadi, AI dapat melakukan tugas besar yang tidak dapat dilakukan oleh manusia atau sekelompok manusia. Tapi mereka masih terbatas, dalam arti kita tidak dapat menerapkan keahlian yang dimiliki AI dalam catur untuk menjalankan pemerintahan, menjalankan bank, menjalankan perusahaan, atau bertransaksi di Wall Street,” jelasnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa kemampuan AI masih terbatas pada data-data yang diperoleh saja. Sehingga, AI belum mampu menyelesaikan tugas apabila hal tersebut merupakan sebuah hal yang baru dan belum ada data sebelumnya.
“Apa yang tidak dapat dilakukannya (AI) saat ini adalah memiliki gambaran dunia. Kita tidak memberikan pandangan tiga dimensi tentang dunia. Seperti yang bisa Anda dan saya lihat, ini cangkir kopi, ini meja. Jadi, model bahasa AI tidak mengerti jika Anda bertanya apakah benda ini lebih tinggi atau lebih rendah dari itu. AI hanya tahu apa yang dikatakan orang tentang dunia. Jadi, jika Anda bertanya tentang Gunung Everest, AI akan mengatakan itu adalah yang tertinggi karena ia hanya tahu itu. Tapi Anda tidak bisa bertanya apakah itu lebih tinggi dari sesuatu yang belum pernah dilihatnya,” bebernya.
Namun, Yasantha mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan di masa depan AI akan bertransformasi menjadi Artificial General Intelligence (AGI) yang setara dengan kecerdasan manusia.
“Jadi, langkah selanjutnya yang harus dilakukan untuk membuat AI lebih cerdas, lebih berguna, dan lebih AGI adalah kita harus mengajarkan AI model dunia yang solid. Anda pernah mendengar pepatah ‘sebuah gambar bernilai seribu kata’, jadi meskipun AI mengetahui semua kata, ia hanya memiliki seperseribu pengetahuan manusia. Untuk itu, pada dasarnya kita perlu menunjukkan semua gambar yang kita ketahui juga (kepada AI),” tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement