Perhatian pasar saat ini tertuju pada perkembangan kebijakan mengenai debt ceiling di Amerika Serikat. Debt ceiling, yang juga dikenal sebagai pagu utang, adalah batas maksimum jumlah utang yang dapat diperoleh oleh pemerintah AS melalui penerbitan surat utang secara keseluruhan.
Saat ini, pemerintah AS sedang menghadapi potensi kegagalan dalam membayar hutang karena jumlah utang pemerintah telah mencapai batasnya. Penting untuk diingat bahwa dampak dari debt ceiling AS dapat meningkatkan risiko default atau ketidakmampuan pemerintah untuk membayar utangnya, ini berarti akan meningkatkan ketidakpastian global. Baca Juga: Parkir di Zona Merah, Posisi IHSG pada Penutupan Sesi Kedua Makin Lemah
Seorang pengamat pasar Modal dan Co-Founder Pasardana, Dr. Hans Kwee menjelaskan bahwa dampak pembicaraan mengenai batas hutang AS tidak memberi dampak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia. Ekonomi Indonesia bereaksi positif saat perang Ukraina dan Rusia memanas pada 2022, sehingga negara Amerika mengalami kenaikan inflasi yang tinggi.
“Nah sebenarnya kita itu udah menikmati masa bagus itu 2022 gitu. Jadi, waktu selesai pandemi perang Ukraina dan Rusia meledak gitu ya, Eropa kan terpukul turun, Amerika juga terpukul, inflasi mereka tinggi gitu. Nah ternyata global itu melihat negara mana yang diuntungkan karena perang komoditas tinggi masuk dia ke Indonesia,” jelas Kwee, dikutip dari kanal Youtube Rivan Kurniawan pada Sabtu (8/7/2023).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia tidak langsung terpengaruh oleh kenaikan atau peningkatan batas utang (debt ceiling) di Amerika Serikat (AS) karena IHSG adalah indeks yang mencerminkan kinerja saham-saham perusahaan di pasar modal Indonesia.
Peningkatan batas utang AS biasanya mempengaruhi pasar keuangan global dan dapat mempengaruhi indeks saham di negara-negara lain. Namun, dampaknya tidak selalu langsung dan dapat bervariasi tergantung pada kondisi pasar dan sentimen investor.
Meskipun IHSG mungkin tidak langsung terpengaruh oleh kenaikan batas utang AS, penting untuk diingat bahwa pasar keuangan global saling terkait, dan perubahan besar dalam kondisi ekonomi atau kebijakan di negara lain dapat memiliki efek berantai yang dapat memengaruhi pasar saham Indonesia dalam jangka panjang. Baca Juga: Mengamati Kebijakan Debt Ceiling di Amerika Serikat: Permainan Politik dan Tantangan Ekonomi
Oleh karena itu, penting bagi investor untuk memantau perkembangan pasar global dan nasional, serta mengadopsi strategi investasi yang bijaksana dan berdasarkan analisis yang baik.
Selain itu, Kwee menerangkan bahwa ada dua hal yang menyebabkan ekonomi Indonesia jauh lebih membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya ketika The Fed menaikkan suku bunga, yakni adanya likuiditas yang longgar dan fundamental yang kuat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Fajar Sulaiman
Advertisement