Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Akui Bukan Investor Kripto, Capres AS Robert F Kennedy Rupanya Investasi Bitcoin Rp3,8 Miliar

Akui Bukan Investor Kripto, Capres AS Robert F Kennedy Rupanya Investasi Bitcoin Rp3,8 Miliar Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kandidat Presiden dari Partai Demokrat Robert F Kennedy Jr rupanya memiliki aset Bitcoin (BTC) senilai lebih dari US$250.000 (Rp3,8 miliar). Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan sebelumnya bahwa dia bukanlah seorang investor kripto.

Dikutip dari Cointelegraph, Senin (10/7/2023), siaran yang dilakukan CNBC menunjukan bahwa Kennedy Jr memiliki aset BTC di antara US$100.001 (Rp1,52 miliar) sampai US$250.000 (Rp3,8 miliar) pada akhir Juni.

Investasi tersebut dilakukan setelah pidato pertamanya di konferensi Bitcoin 2023 pada Mei lalu, ketika dia mengumumkan bahwa kampanyenya akan menjadi kampanye pertama yang menerima sumbangan dalam bentuk Bitcoin di Amerika Serikat.

Baca Juga: Model AI seperti ChatGPT Akan Bisa Beli, Jual, dan Gunakan Bitcoin di Lightning Network

Dalam konferensi tersebut, dia juga tidak mengakui bahwa dia berinvestasi pada Bitcoin. “Saya bukan investor (Bitcoin), dan saya di sini bukan untuk memberikan saran investasi,” ujarnya.

Laporan kekayaan pada 30 Juni tersebut tidak menyebutkan kapan kripto tersebut dibeli, hanya menyebut bahwa kripto tersebut telah memberikan keuntungan kurang dari US$201 (Rp3,061 juta) sejak investasi tersebut dibuat.

Laporan juga tidak menunjukan siapa yang melakukan pembelian aset tersebut di keluarga Kennedy, meskipun kandidat kampanye mengakui bahwa seseorang tersebut merupakan Kennedy Jr.

Kennedy Jr telah menargetkan komunitas kripto dalam kampanyenya. Hal ini merupakan tantangan bagi Presiden Joe Biden. Dalam sebuah unggahan Twitter pada 3 Mei, Kennedy Jr mengatakan bahwa “mata uang kripto, yang dipimpin Bitcoin, beserta dengan teknologi kripto lainnya merupakan mesin inovasi utama,” dan menambahkan bahwa menghambat industri ini dan justru mendorong ke inovasi sektor lain adalah sebuah kesalahan bagi Pemerintah Amerika Serikat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: