Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Optimisme Presiden Jokowi terhadap Proyek Pembangunan LRT

Optimisme Presiden Jokowi terhadap Proyek Pembangunan LRT Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K

Biaya Pembangunan Proyek LRT

Mulanya, proyek pembangunan LRT ini direncanakan akan menggelontorkan dana sebesar Rp20,752 triliun atau sebesar Rp467,08 miliar per km. Dana tersebut akan digunakan untuk biaya pembangunan tiga lingkup pekerjaan. Sebesar Rp10,48 triliun akan digunakan untuk pembangunan jalur LRT, Rp3,71 triliun akan digunakan untuk stasiun, dan Rp6,55 triliun untuk fasilitas operasi dan trackwork.

Akan tetapi, karena pengerjaannya yang berlarut-larut, dana untuk proyek ini pun membengkak (cost overrun) sampai Rp12,25 triliun, menjadi Rp32,5 triliun. Diketahui untuk proyek ini, PT KAI mendapat pinjaman dari sindikasi 15 bank sebesar Rp20 triliun lebih dan suntikan negara lewat Penyertaan Modal Negara atau PMN sebesar Rp10,2 triliun.

Masalah-Masalah Pembangunan Proyek LRT

Meskipun mendapat dukungan penuh dari Presiden, proyek transportasi ini mengalami berbagai masalah dalam proses pengerjaanya. Terdapat empat permasalahan utama yang membuat proyek ini disorot publik.

Pertama, kemunduran jadwal proyek. Sejak pertama kali dibangun pada tahun 2015, proyek LRT telah mengalami berbagai kemunduran jadwal operasi. Awalnya digadang-gadang akan beroperasi pada tahun 2022, tapi terus menerus mengalami penundaan sampai tahun 2023. Mundurnya jadwal ini mengakibatkan dana proyek terus mengalami pembengkakan, yang semula ditaksir Rp20,7 triliun, menjadi Rp32,5 triliun.

Selain itu, penundaan peluncuran LRT juga membuat PT KAI (Persero) kehilangan potensi pendapatan sekitar Rp587,7 miliar. PT KAI merupakan salah satu perusahaan pelat merah yang membiayai pembangunan LRT Jabodebek.

Kedua, tidak ada integrator atau penghubung di dalamnya. Hal tersebut berdampak pada kurangnya koordinasi antara pihak terkait dan munculnya berbagai kesalahan dalam proyek LRT Jabodebek tersebut.

Ketiga, spesifikasi kereta yang berbeda-beda. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa sebanyak 31 kereta LRT Jabodebek yang akan dioperasikan mempunyai spesifikasi berbeda. Lantaran mempunyai spesifikasi berbeda antarkereta, kondisi tersebut membuat sistem perangkat lunak (software) harus diperbaiki, sehingga biayanya menjadi lebih tinggi.

"Jadi 31 kereta itu beda spek semua. Jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar, supaya bisa meng-capture berbagai macam dari spek itu," ungkapnya dikutip dari Kompas, Selasa (8/8/2023).

Keempat, kesalahan desain dalam pembangunan jembatan rel atau longspan. Pembangunan longspan yang berada di daerah Kuningan tersebut menuai kontroversi usai disebut salah desain.

Tiko, sapaan karib Kartika Wirjaotmiko, mengatakan, salah desain longspan LRT Jabodebek mengakibatkan tikungan tajam, sehingga laju kereta harus diperlambat. Padahal, jika tikungan jembatan itu digarap melebar, kereta LRT Jabodebek bisa tetap melaju dengan kencang.

"Kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya salah desain karena dulu Adhi Karya sudah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya," terangnya.

Sementara itu, Jokowi meminta untuk memaklumi kekurangan pada proyek LRT Jabodebek. Ia menilai bahwa karena proyek transportasi ini merupakan proyek baru di Indonesia, kesalahan pastilah ada. Nantinya, kesalahan-kesalahan tersebut akan dijadikan pembelajaran untuk ke depannya supaya dapat lebih baik lagi.

"Jangan senang mencari-cari kesalahan karena kesalahan itu pasti ada. Karena baru pertama kali dan ini adalah produksi PT INKA. Konstruksinya dikerjakan oleh kita sendiri, semuanya kita sendiri. Jadi kalau ada kekurangan harus dimaklumi, tapi kita perbaiki," katanya usai menjajal LRT Jabodebek di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, Kamis (3/8/2023).

Baca Juga: Sudah Habiskan Duit Negara Hingga Triliunan Rupiah, Proyek LRT Malah Salah Desain: Merugikan Rakyat

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: