Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jurus Cerdas agar Kebal Hoaks: Kritis dan Bijak Merespons Setiap Informasi di Media Sosial

Jurus Cerdas agar Kebal Hoaks: Kritis dan Bijak Merespons Setiap Informasi di Media Sosial Kredit Foto: BRI
Warta Ekonomi, Pandeglang -

Banjir hoaks tak mengenal kata surut. Penyebaran berita atau konten palsu yang isinya memicu keresahan dan membingungkan masih terus menggelontor di beragam platform media sosial. Tak jarang, warganet tanpa sadar ikut menjadi penyebarnya. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat, sejak Agustus 2018 s.d. awal 2022, terdapat 9.546 konten hoaks beredar di berbagai platform media sosial (medsos).

"Media penyebaran hoaks tertinggi (92,4 persen) memang ada di medsos, kemudian di aplikasi perpesanan WhatsApps (62,8 persen), dan di situs web 34,9 persen. Padahal, kalau mau bijak dan bersikap kritis saat membaca hoaks, penyebaran hoaks itu bisa diminimalisasi," kata Kepala Bidang Informasi Publik Diskominfo Kabupaten Pandeglang, Abdul Latif, dalam diskusi literasi digital yang digelar Kemenkominfo di Kecamatan Cigeulis, Kab. Pandeglang, Rabu (16/8).

Baca Juga: Kerawanan Pemilu Disusupi Hoaks, Generasi Muda Harus Cek Kebenaran Berita

Diskusi luring yang digelar "chip in" dalam rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-78 ini mengusung tema "Kebal Hoaks: Ayo Jadi Netizen Kritis!". Selain Abdul Latif, hadir dua pembicara lain, yakni artis dan pelaku industri event, Raka Maukar, dan artis dari Roland International, Mia Marcelina, serta Joan Permana selaku moderator. Diskusi diselenggarakan bekerja sama dengan Panitia Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN) Cigeulis.

Abdul Latif menambahkan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menjadi warganet atau netizen agar kebal hoaks. Pertama, perhatikan sumber berita, asli atau bukan. Terkait ini, gunakan beragam aplikasi untuk mengonfirmasi akurat tidaknya. Kedua, bersikap kritis, jangan mudah percaya kalau berita itu tak masuk akal.

"Ketiga, saring kalau muncul kata-kata kotor pemicu konflik. Terkadang mencatut tokoh ternama. Stop hoaks tersebut di jarimu, jangan ikut jadi penerusnya. Tetaplah kritis dan bijak dalam merespons, ini jurus cerdas agar kebal hoaks," urai Abdul Latif.

Dari sudut pandang berbeda, Mia Marcelina menuturkan, hal lain yang perlu diperhatikan untuk menangkal hoaks adalah meningkatkan kecakapan digital. Tak cuma kritis merespons, tapi juga terampil menerapkan beragam aplikasi untuk menyaring informasi sesat, ditambah dengan password yang kuat, niscaya akan memberi rasa aman ganda saat mengakses medsos.

"Sangat bagus kalau kecakapan digital ini juga diajarkan pada anggota keluarga dan masyarakat agar makin banyak yang terhindar dari pengaruh hoaks. Juga, tak terkecoh pada ancaman phising, kejahatan digital lain yang dilakukan dengan memancing lewat konten tertentu untuk mencuri data pribadi kita. Banyak warganet terkecoh lantaran kurang cakap saat bermedia digital," kata Mia Marcelina.

Sementara, Raka Maukar menunjuk satu kebiasaan warganet yang terkesan sepele, tetapi potensial menjadi sumber penyebaran hoaks. Yakni, tidak membaca tuntas berita atau informasi yang diterima. "Padahal, warganet mestinya mengecek dulu kebenaran informasi dengan mengamati apakah web atau platform penyebarnya bisa dipercaya atau abal-abal," ujarnya.

Menurut Raka Maukar, banyak terjadi–khususnya di WA Group–berita hanya dilihat judul dan terkadang fotonya yang bombastis. Tidak dicek dan saring dulu, tapi langsung di-share ke mana-mana, tanpa menyadari kalau itu hoaks.

"Sadari betul, berita kini bersifat real time. Kalau dulu ungkapannya mulutmu harimaumu, sekarang sudah menjadi jarimu harimaumu. Jangan sembrono karena risikonya bisa berbahaya buat jejak digitalmu," pungkas Raka Maukar.

Untuk diketahui, diskusi literasi digital pada lingkup komunitas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia #MakinCakapDigital (IMCD). IMCD diinisiasi Kemenkominfo untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga 2024.

Tahun ini, program #literasidigitalkominfo dilaksanakan sejak 27 Januari 2023. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 18 mitra jejaring, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.

Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Fan Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo serta website info.literasidigital.id.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: