Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Komisi IV FPKS: Bukan dari Kendaraan Saja, Ini Biang Kerok Buruknya Kualitas Udara Jakarta

Komisi IV FPKS: Bukan dari Kendaraan Saja, Ini Biang Kerok Buruknya Kualitas Udara Jakarta Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tingkat polusi udara di langit Jakarta belakangan ini makin memburuk dan terus menjadi sorotan. Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Andi Akmal Pasluddin, berpendapat, sumber dari buruknya kualitas udara di Jakarta dipicu oleh pembangkit listrik yang hadir di ibu kota itu.

Andi Akmal membenarkan bahwa kehadiran 16 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menyebabkan makin parahnya kualitas udara khususnya di Jakarta.

Baca Juga: Udara Buruk, Pemerintah Diminta Fokus pada Pemulihan Hutan dan Kawasan Hijau

"Banyak faktor yang membuat kualitas udara Jakarta makin hari makin buruk. Selain tingginya intensitas kendaraan bermotor, salah satu penyebab utamanya betul ada 16 PLTU dan pabrik-pabrik yang ada di sekitar Jabodetabek," jelas Andi Akmal Pasluddin dalam keterangannya, Sabtu (19/8/2023).

Pria kelahiran Kabupaten Bone ini menyatakan, untuk menemukan solusi buruknya kualitas udara jakarta, diperlukan perbaikan regulasi terkait penggunaan bahan bakar kendaraan.

"Harus ada perbaikan regulasi yang lebih kuat mendukung penggunaan Bahan Bakar Industri maupun kendaraan bermotor. Teknologi yang mengarah pada peralihan penggunaan energi terbarukan (listrik, air, maupun angin) mesti didesak. Jika dibiarkan terus-menerus, ini akan makin memperburuk situasi lingkungan ibu kota," imbuh dia.

Terkait penerapan work from home (WFH), menurut Andi, juga perlu dipertimbangkan karena kebijakan tersebut efektif mengurangi polusi meski hanya untuk jangka pendek saja. "(Lalu bisa juga diterapkannya) ganjil genap atau peralihan pabrik yang menggunakan batubara atau minyak ke sumber energi lain," ujarnya.

Ia turut mengingatkan masyarakat agar kembali mewajibkan penggunaan masker saat beraktivitas di luar rumah. Di sisi lain, pemerintah juga perlu menghentikan sementara pabrik-pabrik yang terbukti mencemari lingkungan dan juga menghentikan mobil-mobil yang tidak layak operasi.

"Tindakan cepat pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi polusi Jakarta akan makin memberi dampak positif bagi masyarakat ibu kota ini. Tindakan-tindakan saling menyalahkan akan makin memperkeruh situasi. Yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah tindakan nyata," pungkas Andi Akmal Pasluddin.

Diketahui, kualitas udara di DKI Jakarta sudah di angka 156 dengan keterangan tidak sehat. Berdasarkan data Global Energy Monitor, terdapat 16 PLTU berbasis batu bara yang berada tak jauh dari Jakarta.

Data tersebut diperinci Global Energy Monitor, yakni sebanyak 10 PLTU berlokasi di Banten, sedangkan enam PLTU di Jawa Barat. Untuk Jawa Barat, di antaranya PLTU Cikarang Babelan di Kabupaten Bekasi yang berjalan 25,87 km dari Monas, Jakarta Pusat.

Sementara, yang di Banten seperti PLTU Banten Suralaya memiliki kapasitas terbesar hingga 4.025 megawatt (mw). Jarak PLTU yang berada di Kota Cilegon, Banten tersebut hingga ke Jakarta sekitar 93,67 km.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: