Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Transportasi Jadi Biang Kerok Polusi Jakarta, Segini Total Emisi dari Kendaraan di Ibu Kota

Transportasi Jadi Biang Kerok Polusi Jakarta, Segini Total Emisi dari Kendaraan di Ibu Kota Kredit Foto: Specielty air
Warta Ekonomi, Jakarta -

Total emisi karbon dari kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 81,17 juta kg CO2e menyusul tingginya jumlah penggunaan. Angka tersebut disampaikan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development INDEF, Abra Talattov mengatakan dengan rata-rata konsumsi BBM di Jakarta untuk motor sebesar 0,92 liter per hari dan mobil 3,9 liter per hari, maka total konsumsi BBM di Jakarta bisa mencapai 17,8 juta liter per hari untuk seluruh populasi motor dan 16,2 juta liter per hari untuk seluruh populasi mobil. 

“Apabila jumlah emisi karbon 1 liter BBM setara dengan 2,4 kg CO2e, artinya estimasi total emisi yang dihasilkan dari total populasi sepeda motor dan mobil penumpang di Jakarta mencapai 81,17 juta kg CO2e,” katanya kepada media. 

Baca Juga: Perubahan Gaya Hidup Melalui Mobilitas Mikro Menjadi Salah Satu Pendorong Upaya Perbaikan Udara

Masalahnya, papar Abra, dalam lima tahun terakhir populasi mobil penumpang di Jakarta mengalami peningkatan hingga 15,5% menjadi 4,13 juta kendaraan. Sementara populasi sepeda motor meningkat hngga 27,8% menjadi 19,22 juta kendaraan. 

“Menyadari besarnya emisi karbon yang dihasilkan kendaraan berbasis fosil tersebut sudah mestinya menjadi momentum transformasi menuju ekosistem transportasi yang bersih,” tambahnya. 

Untuk itu, jelasnya, pemerintah agar fokus dalam menyediakan transportasi massal yang nyaman dan terjangkau. “Ini untuk mengurangi emisi karbon dari penggunaan kendaraan pribadi.”

Baca Juga: Biar Udara Bersih, Pola Mobilisasi dan Aktivitas Warga Jakarta Perlu Diubah Melalui Regulasi

Menurutnya, tetap buruknya kualitas udara Jakarta meski PLTU Suralaya dalam posisi shutdown membuktikan bahwa sektor transportasi adalah penyumbang utama polutan di Jakarta.

Pernyataan Abra tersebut sekaligus merespons penghentian operasi 4 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya sebagai bentuk voluntary shutdown. PLTU itu beroperasi dan menghasilkan kapasitas 1.600 megawatt (MW) sejak 29 Agustus.

“Sektor transportasi sebagai biang kerok polusi udara Jakarta tentu makin mengkhawatirkan mengingat tingginya pertumbuhan populasi kendaraan bermotor berbasis fosil di Jakarta. Namun setelah diberlakukan WFH pada Senin 4 September, kualitas udara berlangsung membaik,” kata Abra.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: