Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

CoinGecko: Nambang Satu Bitcoin di Lebanon Lebih Murah 783 Kali Dibandingkan dengan Italia

CoinGecko: Nambang Satu Bitcoin di Lebanon Lebih Murah 783 Kali Dibandingkan dengan Italia Kredit Foto: Unsplash/Jonathan Borba
Warta Ekonomi, Jakarta -

Laporan terbaru mengatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam biaya listrik rumah tangga untuk para penambang Bitcoin individu di seluruh dunia. Sebagai contoh, biaya menambang satu Bitcoin di Italia mencapai US$208,560 (Rp3,18 miliar), sedangkan di Lebanon, biayanya sekitar 783 kali lebih murah.

Dilansir dari Cointelegraph, Senin (21/8/2023), laporan yang dipublikasikan pada 17 Agustus oleh CoinGecko tersebut mengungkapkan bahwa berdasarkan biaya listrik, hanya terdapat 65 negara yang menguntungkan bagi para penambang Bitcoin tunggal. Dari jumlah ini, 34 negara berada di Asia, sementara Eropa hanya memiliki lima negara.

Namun, para penambang Bitcoin tunggal menemui ketidaksamaan dengan rata-rata biaya listrik rumah tangga di seluruh dunia.

Baca Juga: SpaceX Milik Elon Musk Dilaporkan Jual Rp5,6 Triliun Bitcoinnya Pada 2021-2022

"Rata-rata biaya listrik rumah tangga untuk menambang satu Bitcoin adalah US$46,291.24 (Rp707,3 juta), yang 35% lebih tinggi dari harga rata-rata harian satu BTC pada Juli 2023 (US$30,090.08 atau sekitar Rp459,7 juta)," catat laporan tersebut.

Laporan tersebut juga mengidentifikasi Italia sebagai negara dengan biaya penambangan Bitcoin paling mahal, yaitu US$208,560 (Rp3,18 miliar) per Bitcoin. Pada saat laporan ini dipublikasikan, ini mengindikasikan bahwa biaya menambang satu Bitcoin di Italia setara dengan nilai sekitar delapan Bitcoin. Selanjutnya, diikuti oleh Austria dengan biaya US$184,352 (Rp2,81 miliar) dan Belgia dengan biaya US$172,382 (Rp2,63 miliar).

Sementara itu, tarif listrik rumah tangga di Lebanon memungkinkan para penambang individu menghasilkan satu Bitcoin hanya dengan biaya US$266 (Rp4,06 juta). Berdasarkan data ini, biaya ini sekitar 783 kali lebih murah daripada biaya untuk menambang satu Bitcoin di Italia.

Lalu, diikuti oleh Iran dengan biaya produksi sebesar US$532 (Rp8,12 juta) per Bitcoin. Namun, meskipun Iran melegalkan penambangan Bitcoin pada tahun 2019, negara tersebut sejak itu beberapa kali melarang operasi legal dengan alasan beban pada jaringan energi selama musim dingin.

Pada 4 Januari, Cointelegraph melaporkan bahwa sekitar 150.000 peralatan penambangan kripto disita oleh Organisasi untuk Pengumpulan dan Penjualan Properti Negara Iran.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: