Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Semester Pertama 2023, Bagaimana Performa Keuangan Emiten Tekstil Indonesia?

Semester Pertama 2023, Bagaimana Performa Keuangan Emiten Tekstil Indonesia? Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar, para guru selalu menjelaskan kepada muridnya bahwa manusia mempunyai tiga kebutuhan primer, yakni sandang, pangan, dan papan. Selain memerlukan tempat tinggal untuk berteduh dan makanan serta minuman untuk dikonsumsi, manusia juga membutuhkan pakaian untuk melindungi tubuh. Oleh sebab itu, bisa dibilang, bisnis di bidang tekstil adalah sesuatu yang menjanjikan.

Di antara banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang tekstil dan produksi pakaian, setidaknya ada lebih dari dua puluh perusahaan yang telah bergabung dengan Bursa Efek Indonesia (BEI). Oleh sebab itu, untuk melihat kinerja keuangan emiten tekstil pada tahun 2023, artikel ini akan membahas perolehan pendapatan dan keuntungan empat emiten tekstil dengan kapitalisasi terbesar. 

Baca Juga: Mayoritas Emiten Teknologi Masih Merugi pada Paruh Pertama Tahun Ini

PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID)

PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID) merupakan perusahaan yang sudah menjalankan bisnis feminine care-nya sejak 5 Juni 1997. Perusahaan yang resmi mendaftarkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) per tanggal 20 Desember 2019 itu terkenal sebagai produsen pembalut dengan merek Charm, pampers bayi dengan merek MamyPoko, dan pampers orang tua dengan merek Lifree. 

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan beberapa waktu lalu, dikabarkan bahwa pada paruh pertama 2023, Uni-Charm Indonesia berhasil mengantongi laba sebesar Rp184,99 miliar. Jika dibandingkan dengan perolehan keuntungan pada paruh pertama 2022, terlihat ada lonjakan sebesar 59,97%.

Tidak hanya laba, pendapatan usaha Uni-Charm Indonesia pada semester pertama tahun 2023 juga berhasil naik 6,34% ke angka Rp5,38 triliun. Sejalan dengan itu, pada periode ini, beban pokok pendapatan yang harus ditanggung oleh perusahaan tersebut juga melambung 4,95% menjadi Rp4,34 triliun. 

Sebagai informasi tambahan, kepemilikan aset Uni-Charm Indonesia yang terdiri atas aset lancar senilai Rp5,57 triliun dan aset tidak lancar senilai Rp2,79 triliun telah menembus angka Rp8,36 triliun. Adapun liabilitas dan ekuitas perusahaan masing-masing berada di angka Rp3,06 triliun dan Rp5,29 triliun. 

PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO)

Emiten tekstil lainnya yang akan dibahas dalam artikel ini adalah PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO). Perusahaan yang mulai menjalankan bisnisnya pada 25 Oktober 1973 dan resmi melantai di bursa per tanggal 26 Februari 1980 itu terkenal dengan berbagai macam jenis produk polyester, seperti filament yarn, staple fiber, dan fiber fill untuk boneka serta bantal.

Berbeda dengan Uni-Charm Indonesia, sepanjang enam bulan pertama tahun 2023, keuntungan Tifico Fiber Indonesia ternyata mengalami penurunan. Mengacu pada laporan keuangan yang dirilis beberapa saat lalu, dilaporkan bahwa laba perusahaan itu ambles 52,34% menjadi US$2,10 juta atau setara dengan Rp32,19 juta (asumsi kurs sebesar Rp15.326 per dolar AS).

Merosotnya keuntungan perusahaan disebabkan oleh menyusutnya perolehan pendapatan usaha. Sebab, per Juni 2023, dikabarkan bahwa perusahaan itu hanya menghasilkan US$98,22 juta atau setara dengan penurunan sebesar 18,63%. Selain itu, beban pokok pendapatan Tifico Fiber Indonesia turut terpangkas 15,61% menjadi US$95,35 juta.

Sebagai catatan, Tifico Fiber Indonesia diketahui mempunyai aset sebesar US$335,11 juta yang terdiri atas aset lancar senilai US$111,42 juta dan aset tidak lancar senilai US$223,69 juta. Perihal liabilitas dan ekuitas, perusahaan mencatatkan angka masing-masing sebesar US$25,97 juta dan US$309,13 juta.

Baca Juga: Banyak Direkomendasikan Ahli, Bagaimana Performa Emiten Operator Seluler pada Paruh Pertama Tahun Ini?

PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL)

PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) merupakan perusahaan yang mengandalkan empat lini industri, yaitu pemintalan, penenunan, proses sentuhan akhir terhadap produk, dan pembuatan busana. Perusahaan yang mulai beroperasi pada 22 Mei 1978 dan resmi go public pada tanggal 17 Juni 2013 itu mampu menghasilkan benang, greige, dyed dan kain cetak, serta pakaian jadi.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis baru-baru ini, pada paruh pertama 2023, diketahui bahwa Sri Rejeki Isman menderita kerugian sebesar US$78,72 atau setara dengan Rp1,20 triliun. Nominal tersebut menunjukkan adanya pembengkakan kerugian sebesar 30,75% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Membesarnya nominal kerugian boleh jadi disebabkan oleh tereduksinya angka perolehan pendapatan. Merujuk dari sumber yang sama, pada semester pertama 2023, dilaporkan bahwa perusahaan hanya mampu menghimpun dana sebesar US$116,90 juta alias 52,16% lebih sedikit dari semester pertama 2022. Beban pokok penjualan Sri Rejeki Isman juga menurun 44,29% menjadi US$198,25 juta.

Sebagai informasi tambahan, jumlah aset yang dimiliki perusahaan adalah US$707,43 juta. Aset tersebut terdiri atas aset lancar senilai US$231,30 juta dan aset tidak lancar senilai US$476,12 juta. Adapun liabilitas dan ekuitas Sri Rejeki Isman masing-masing berada di angka US$1,56 miliar dan US$-895,05 juta. 

PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR)

Emiten tekstil yang akan dikupas terakhir adalah PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR). Perusahaan yang bergerak dalam produksi polyester, spun yarns, dan fabrics itu mulai menjalankan bisnisnya pada 3 April 1974 dan resmi menawarkan sahamnya kepada masyarakat per tanggal 3 Agustus 1990.

Sepanjang enam bulan pertama tahun 2023, Indo-Rama Synthetics gagal meraih laba karena perusahaan tersebut justru harus memanggul kerugian sebesar US$17,60 juta atau setara dengan Rp269,84 miliar. Padahal, pada periode yang sama di tahun sebelumnya, Indo-Rama Synthetics masih mampu mengantongi keuntungan sebesar US$54 juta. 

Jika dilihat dari laporan keuangan, tampaknya kerugian perusahaan disebabkan oleh terkikisnya perolehan pendapatan usaha. Sebab, per Juni 2023, Indo-Rama Synthetics hanya mencetak US$398,75 juta atau setara dengan kemerosotan sebesar 22,61%. Beban pokok pendapatan juga terpangkas 6,98%.

Baca Juga: Laba Lima Emiten Kendaraan Listrik Ini Terpangkas pada Paruh Pertama 2023, Kok Bisa?

Sebagai catatan, Indo-Rama Synthetics diketahui mempunyai aset sebesar US$840,79 juta yang terdiri atas aset lancar senilai US$320,75 juta dan aset tidak lancar senilai US$520,03 juta. Perihal liabilitas dan ekuitas, perusahaan mencatatkan angka masing-masing sebesar US$403,69 juta dan US$437,09 juta.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: