Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Nanang Abdul Manaf mengatakan, sebagian besar dari lapangan minyak dan gas (Migas) di Indonesia merupakan sumur tua.
"80-90 persen ini adalah lapangan-lapngan yang betul sudah mature (tua)," ujar Nanang dalam Media Briefing dengan tema Industri Migas Sangat Vital Bagi Pertumbuhan Ekonomi dan Transisi Energi, Rabu (23/8/2023).
Nanang mencontohkan, salah satunya adalah Lapangan Rokan yang sudah berproduksi sejak tahun 1940. Namun, sampai dengan sekarang masih menghasilkan produk migas atau dengan kata lain masih dapat berproduksi.
Baca Juga: Rystad Energy: Eksplorasi Masif dan Pengembangan Lapangan Baru Migas Sangat Diperlukan
Meski begitu, produksi yang dihasilkan oleh Lapangan Rokan tersebut sudah berbeda atau menurun jika dibandingkan ketika awal produksi.
"Contohnya Rokan itu produksi tahun '40, saya aja belum lahir, tapi sekarang masih produksi, tapi produktivitasnya tentu berbeda ketika awal-awal lapangan itu produksi. Seperti kita punya kendaraanlah, makin sepuh, makin banyak yang harus dibenerin, tapi produktivitasnya dengan mobil keluaran tahun ini," ujarnya.
Nanang menjelaskan, meskipun hasil produksi telah menurun jika dibandingkan awal ditemukan, ada beberapa hal yang menunjukan bahwa lapangan tersebut masih menghasilkan atau memiliki nilai tambah secara ekonomi.
Maka dari itu, untuk dapat memaksimalkan potensi lapangan tua, optimalisasi dirasa penting untuk dilakukan untuk mendapatkan produksi dengan biaya yang efisien.
"Kira-kira gitu mindset-nya, tapi untuk dapat lapangan lebih segar, daun muda, kita harus eksplorasi," ucapnya.
Baca Juga: Jadi Sumber Energi Transisi, Indonesia Berpotensi Jadi Net Importir Gas pada 2040
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement