Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Intervensi Sang Pencipta dalam Ekonomi Syariah: Pendekatan Baru untuk Keseimbangan Ekonomi

Intervensi Sang Pencipta dalam Ekonomi Syariah: Pendekatan Baru untuk Keseimbangan Ekonomi Kredit Foto: Youtube
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam dunia ekonomi yang semakin kompleks, konsep intervensi dari 'The Creator' atau Sang Pencipta, dalam konteks perekonomian syariah, menghadirkan perspektif yang menarik perhatian para ekonom dan pemikir ekonomi.

Ketua Program Studi Magister Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) M Luthfi Hamidi memaparkan konsep yang menarik mengenai peran Sang Pencipta dalam bisnis syariah.

Dalam pandangannya, keberadaan Tuhan dalam dunia bisnis bukan sekadar dimensi spiritual, tetapi juga memiliki implikasi praktis dalam manajemen bisnis.

Baca Juga: Menyongsong Masa Depan Cerah Asuransi Syariah

“Kalau kita bicara dalam aspek bisnis, orang berbisnis itu biasanya terdiri dari 5C, yaitu Capital Provider (penyedia modal), Crew (karyawan), Customer (pelanggan), Controlling of Government (pengendalian pemerintah), dan Community (komunitas),” jelas Luthfi, dikutip dari kanal Youtube lppi_id pada Rabu (23/8/2023).

Namun, menurutnya, kelima elemen ini saja tidak cukup untuk menggambarkan keseimbangan dalam bisnis. Oleh karena itu, ia menyoroti pentingnya memasukkan nilai Sang Pencipta dalam lingkup bisnis.

“Tapi lima itu saja tidak cukup, jadi yang ingin kita masukkan di atas 5C tadi adalah yang namanya The Creator. Jadi, kalau kita ngomongin bisnis syariah, kok kita enggak masukkan The Creator? Nah ini enggak logis dan enggak imbang. Entah bisa saja logis atau hanya spiritual saja,” tuturnya.

Ia menjelaskan bahwa terdapat perkembangan baru di dalam dunia kerja, yakni spiritualitas. Meskipun seseorang mungkin tidak terikat pada praktik agama, mereka masih dapat mengapresiasi nilai spiritualitas dalam bisnis.

“Ada perkembangan baru yang namanya ‘a workplace spirituality’. Jadi, spiritualitas di ruang kerja, tapi mereka ini bukan orang-orang yang beragama. Kalau diajak ngomong agama di dalam bisnis, mereka tidak mau karena agama itu dianggap sesuatu yang mungkin tabu dibincangkan di dalam bisnis. Meski begitu, mereka mengapresiasi ketika yang dibincangkan itu masalah spiritualitas,” imbuhnya

Luthfi menggarisbawahi perbedaan antara agama dan spiritualitas. Dalam spiritualitas, tidak berkaitan dengan ritual, melainkan keyakinan akan adanya kekuatan di luar kemampuan manusia yang akan memberikan arahan kepada mereka.

“Berbeda antara agama dengan spiritualitas. Kalau spiritualitas itu dia tidak memiliki domain-domain yang sifatnya ritual, tapi dia percaya bahwa ada sebuah kekuatan ‘beyond human’ yang itu akan memberikan pengarahan kepada mereka,” terang Luthfi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: