LPDP Kucurkan Dana Riset Rp2 Miliar Biayai Pengembangan Alat Deteksi Kanker Nasofaring
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mengucurkan dana riset untuk mengembangkan alat deteksi dini kanker nasofaring. Pengembangan ini mendapatkan pendanaan total lebih dari Rp2 miliar.
Berdasarkan keterangan resmi Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pendanaan itu diterima oleh peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Dewi Kartika, sejak fase purwarupa sampai dengan terciptanya alat berjuluk NPC Strip A.
Baca Juga: Awardee LPDP Tembus 200 Ribu Orang, Jokowi-Sri Mulyani Tegas: Jangan Lupa Pulang!
Dewi mengatakan alat tersebut dirancang untuk bisa mendeteksi kanker nasofaring di fase lebih dini dengan durasi yang singkat. Bahkan, menjadi piranti pertama di dunia yang praktis, akurat, selain tentunya ekonomis.
"Harapannya dengan alat ini, karena terdeteksi sejak awal, kalau orang itu mempunyai penanda tersebut, maka kita bisa sejak awal menengarai bahwa kemungkinan orang ini mempunyai risiko untuk menjadi (terjangkit) kanker nasofaring," ujar Dewi, dikutip Rabu (23/8/2023).
Lebih jauh, dia menjelaskan kanker nasofaring atau nasopharyngeal cancer (NPC) adalah kanker yang menyerang area nasofaring, salah satu bagian tenggorokan yang terletak di belakang rongga hidung dan di balik langit-langit mulut.
Meski secara global tingkat kejadiannya terbilang rendah, di Indonesia tercatat ada lebih dari 19 ribu kasus pada tahun 2020. Angka ini menjadikannya berada di urutan kelima kasus kanker tertinggi di Indonesia.
Dewi menuturkan kanker nasofaring umumnya terlambat disadari. Faktor utamanya arena kanker ini tidak memiliki gejala spesifik. Gejala yang umum sering kali menjadi alasan orang tidak merasa memiliki urgensi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut atas risiko NPC.
"Gejalanya itu cuma seperti pusing yang berkelanjutan, pilek-pilek berkelanjutan. Sehingga pasien datang, stadiumnya sudah lanjut. Sudah ada benjolan di leher," lanjutnya.
Alumni program PhD Kedokteran Vrije Universiteit Belanda ini menambahkan, alat deteksi cepat tersebut punya mekanisme yang ringkas. Bahkan, tidak sampai sepuluh menit untuk bisa mendapatkan hasil.
Baca Juga: Temui Awardee LPDP di Australia, Wakil Menkeu Curhat Soal 4 Tantangan Besar RI saat Ini
Dewi mengatakan bagian yang diperiksa adalah darah yang diambil dari ujung jari seseorang. Sampel darah itu kemudian diteteskan pada NPC Strip A. Reaksi alat terhadap sampel darah itu nantinya akan menunjukkan hasil tesnya.
"Seperti kalau alat tes kehamilan itu ya," ujar Dewi menggambarkan.
Selain pengembangan alat tersebut, LPDP telah mendanai ribuan riset serupa. Sepanjang 2022, dana yang disalurkan mencapai lebih dari Rp1,6 triliun. Dana ini digunakan untuk mendanai lebih dari 1800 riset di berbagai bidang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement