Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jawaban Bahlil Ditantang Ganjar Pranowo Ekonomi RI Harus Tumbuh 7%: Kuncinya Hilirisasi!

Jawaban Bahlil Ditantang Ganjar Pranowo Ekonomi RI Harus Tumbuh 7%: Kuncinya Hilirisasi! Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menginginkan pertumbuhan ekonomi tumbuh sebesar 6 hingga 7 persen ke depan. Menanggapi tantangan itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa kuncinya ada di hilirisasi.

"Tadi Pak Ganjar mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi kita harus 7 persen, kuncinya cuma satu, hilirisasi," ujar Bahlil di depan 3.150 calon wisudawan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Kampus UGM Yogyakarta pada Rabu (22/08).

Baca Juga: Dana Investor Meroket 570%, Bahlil Pede ASEAN Jadi Tujuan Utama Dunia Investasi EV

Di acara yang sama, di depan Bahlil, Ganjar menyebutkan bahwa pihaknya menginginkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen untuk dapat keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.

"Jika sekarang kita sudah bersepakat menuju Indonesia sebagai negara maju, dengan pertumbuhan ekonomi, mau berapa persen? Lima koma sekian persen rasanya kurang. Kalau kita mau menghentak, Pak Bahlil, agar tidak masuk dalam middle income trap, mungkin 7 persen harus menjadi cita-cita pertumbuhan ekonomi kita. Kalau kita punya Menteri Investasi seperti itu, insyaallah tidak sulit," pungkas Ganjar, dikutip dari siaran pers BKPM, Kamis (24/8/2023).

Menanggapi tantangan tersebut, Bahlil mengatakan bahwa ekonomi tak boleh hanya bertumpu pada konsumsi. Ekonomi harus didorong oleh investasi, utamanya program hilirisasi.

"Kemudian bagaimana ke depan arah kebijakan? Kita akan mendorong kepada hilirisasi. Dunia sekarang sudah mendorong kepada green energy dan green industry untuk menurunkan emisi. Indonesia sekarang kita dorong ke hilirisasi," ujar Bahlil.

Bahlil mengatakan, tanpa hilirisasi, mustahil ekonomi Indonesia bernilai tambah. Dengan hilirisasi, katanya, nilai tambah industri akan berkali-kali lipat.

"Karena kalau tidak ada hilirisasi, kita hanya mengekspor barang-barang mentah. Ini peluang usahanya di sini. Ke depan kita mendorong yang namanya hilirisasi. Total ekspor nikel pada tahun 2017 hanya US$3,3 miliar, begitu kita larang ekspor pada tahun 2020, dan kita bangun hilirisasi, sekarang nilai ekspor kita mencapai US$30 miliar. Naiknya sepuluh kali lipat ketimbang kita belum melakukan hilirisasi," papar Bahlil.

Tak hanya keluar dari middle income trap, Indonesia juga optimis menjadi negara maju dengan hilirisasi. "Untuk Indonesia menjadi negara maju tidak ada cara lain: hilirisasi harus kita bangun. Kita sudah susun Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis sampai 2040 yang membutuhkan investasi sebesar US$545,3 miliar. Kalau ini tidak kita lakukan, negara kita akan tetap berjalan di tempat," ucap Bahlil.

Bahlil mengatakan, negara-negara maju tak lagi bertumpu pada konsumsi sebagai instrumen pertumbuhan ekonomi. "Negara-negara maju sudah menjadikan investasi (hilirisasi) sebagai instrumen pertumbuhan," papar Bahlil.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: