Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan investasi sebesar US$186,7 miliar untuk mencapai target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas bumi sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) di 2030.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, setiap tahunya investasi pada sektor hulu migas juga ditargetkan terus mengalami kenaikan.
Saat ini sektor hulu migas terus berupaya meningkatkan produksi migas nasional guna memenuhi kebutuhan domestik yang semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca Juga: Sektor Minyak dan Gas Jadi Favorit pada September, Medco dan AKRA Ketiban Untung
"Di 2050, volume konsumsi minyak diperkirakan naik 139 persen, sementara volume konsumsi gas diprediksi naik 298 persen. Dukungan investasi diperlukan agar kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan migas bisa dilakukan secara masif," ujar Dwi dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (7/9/2023).
Dwi mengatakan, iklim investasi di sektor hulu migas terus diperbaiki melalui pemberian insentif dan perubahan kebijakan fiskal.
“Daya tarik investasi di sektor hulu migas di Indonesia sebenarnya sudah membaik, namun masih ada hal-hal yang harus terus diperbaiki,” ujarnya.
Ia menyebut, berbagai upaya yang dilakukan untuk memperbaiki iklim investasi hulu migas mulai menunjukkan dampak positif. Sejak 2021, investasi di hulu migas terus mengalami kenaikan.
Sedangkan pada 2022, investasi di hulu migas mencapai US$12,3 miliar atau naik 13 persen dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut tercatat 5 persen lebih tinggi dibanding pertumbuhan investasi global.
Sementara di tahun ini, investasi hulu migas ditargetkan mencapai US$15,5 miliar atau naik 26 persen dibanding tahun lalu. Target tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan investasi global (6,5 persen) maupun Rencana Jangka Panjang (Long Term Plan/LTP) SKK Migas yang sebelumnya mematok target sebesar US$13 miliar.
Selain itu, SKK Migas terus berupaya meningkatkan produksi migas nasional, khususnya gas bumi. Gas bumi memainkan peranan penting sebagai sumber energi primer selama masa transisi menuju penggunaan energi bersih melalui pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada 2030.
"Gas bumi juga dibutuhkan sebagai bahan baku untuk industri, seperti industri baja, keramik, pupuk, petrokimia dan industri lainnya," ucapnya.
Di sisi lain, upaya pencapaian target produksi gas sebesar 12 BSCFD juga membutuhkan dukungan infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia.
Menurutnya, ketersediaan infrastruktur yang mampu menjangkau seluruh wilayah memungkinkan gas alam yang diproduksikan oleh lapangan-lapangan migas di Indonesia bisa terserap secara optimal untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Apalagi, beberapa proyek strategis nasional dijadwalkan sudah mulai berproduksi sebelum 2030, yakni Tangguh Train 3, Indonesia Deepwater Development (IDD), dan Abadi Masela.
Dari ketiga proyek tersebut, total investasi mencapai US$38,58 miliar dengan penambahan produksi minyak sebesar 65.000 barel per hari dan gas sebesar 3.644 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
“Saat ini, alokasi gas untuk domestik sudah mencapai 65% dari total produksi gas, sesuai dengan kebutuhan pengguna gas domestik. Seiring dengan peningkatan produksi gas di masa yang akan datang, tentu diharapkan ada pertumbuhan kapasitas industri pengguna gas sehingga gas dapat dimanfaatkan untuk dalam negeri mendukung pembangunan," ungkapnya.
Lanjutnya, investasi pada proyek-proyek pengembangan gas alam perlu ditingkatkan untuk menjamin ketersediaan suplai gas bagi pasar domestik.
“Daya tarik investasi di sektor hulu migas di Indonesia sebenarnya sudah membaik, namun masih ada hal-hal yang harus terus diperbaiki,” ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement