Peneliti Sebut Media Massa Daring Belum Banyak Membahas Isu Lingkungan dan Krisis Iklim
Era perkembangan teknologi informasi telah mengubah cara orang berkomunikasi dan membangun jejaring. Kemudahan akses ke berbagai platform media sosial memungkinkan orang untuk terhubung secara lebih luas dan berinteraksi dengan beragam pemikiran.
Oleh karena itu, CELIOS dan Unitrend telah melakukan studi yang berhasil menjaring sebanyak 16.166 akun pengguna media sosial dengan memanfaatkan fitur retweet untuk saling menghubungkan antar pengguna.
Dalam konteks media sosial, Rizki Ardinanta, seorang peneliti dari Institute for Policy Development, menjelaskan bahwa studi ini bertujuan untuk mengamati dan memahami jejaring aktor serta sentimen publik terkait isu transisi energi, krisis iklim, dan JETP.
Baca Juga: Survei Nasional Menunjukkan 98% Masyarakat Indonesia Menilai Krisis Iklim Nyata Terjadi
Hasil studi tersebut mengungkapkan bahwa topik perbincangan tentang isu transisi energi dan lingkungan menciptakan setidaknya empat komunitas besar di platform media sosial, khususnya X.
“Aktor sentral seperti @dianparamita, @PartaiSocmed, @Mythicalforest, dan @GreenpeaceID, memperoleh bobot sentralitas yang paling besar dibandingkan aktor lainnya,” ujar Rizki, dikutip dari kanal Youtube Celios_thinktank pada Senin (11/09/2023).
Selain media sosial, studi yang dilakukan oleh CELIOS dan Unitrend juga berhasil melakukan studi terkait peran media massa daring.
Dari hasil pengamatan, terdapat 304.398 pemberitaan yang diproduksi oleh media massa daring seperti CNN Indonesia, iNews, Seputar Indonesia (Sindo), Detik, dan Kompas. Namun, hanya sekitar 1% (2.271 berita) yang berkaitan dengan isu lingkungan dan krisis iklim.
“Anehnya, dari periode 1 November 2022 sampai 1 Mei 2023 itu kita berhasil memetakan hanya 1% berita yang bertema lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran isu lingkungan dan krisis iklim di media massa daring masih belum mendominasi di Indonesia,” jelas Rizki.
Lebih lanjut, Rizki memaparkan bahwa CNN Indonesia dan Seputar Indonesia (Sindo) menjadi dua media berita yang paling banyak memberitakan isu lingkungan dan krisis iklim, masing-masing dengan persentase sebesar 32% dan 30%. Diikuti oleh iNews sebesar 22%, Detik 11%, dan Kompas 5%.
Dengan kata lain, perlu adanya peningkatan dalam pemberitaan mengenai krisis iklim dan transisi energi agar perbedaan proporsi pemberitaan antara media daring satu dan lainnya tidak terlalu jauh.
Rizki juga mengatakan bahwa mayoritas pemberitaan media massa daring lebih menyoroti isu-isu seperti subsidi kendaraan listrik dan perubahan iklim. Sebanyak 24% dari pemberitaan tersebut berkaitan dengan mobil listrik, 22% dengan kendaraan listrik, dan 16% berfokus pada isu yang berhubungan dengan masyarakat.
“Walaupun belum banyak, ini mengindikasikan bahwa isu-isu lingkungan telah mulai menjadi perhatian penting dalam pemberitaan media daring di Indonesia,” tegasnya.
Baca Juga: BMKG Bersiap Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kuatkan Sinergi hingga Kualitas SDM
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement