Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Lo Kheng Hong dari Keluarga Tidak Mampu, Kini Berhasil Jadi Triliuner

Kisah Lo Kheng Hong dari Keluarga Tidak Mampu, Kini Berhasil Jadi Triliuner Kredit Foto: Twitter/PMBS_ID
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seorang value investor terkemuka Indonesia, Lo Kheng Hong, mengungkapkan perjalanan hidupnya yang penuh inspirasi, dari hidup dalam kemiskinan hingga menjadi salah satu nama besar di dunia investasi Tanah Air. 

Pria yang dijuluki sebagai “Warren Buffet Indonesia” ini berbagi kisah inspiratifnya dalam acara Gala Dinner a Million Dreams yang diselenggarakan oleh Winmax.

Lo Kheng Hong, yang saat ini dikenal sebagai salah satu investor sukses di Indonesia, ternyata berasal dari keluarga yang tidak mampu. 

“Rumah saya kira-kira ukurannya 4x10 meter. Dindingnya pun bukan dari tembok kokoh, tapi dari papan. Plafonnya pun nggak ada langsung genteng karena orang tua saya hanya di bekerja di toko,” ungkap Lo, dikutip dari laman YouTube WinMax Gallery pada Selasa (12/09/2023).

Baca Juga: Lo Kheng Hong Buka-bukaan Alasannya Beli Saham Intiland Development

Bahkan, kondisi rumah orang tuanya itu sangat memprihatinkan karena sering kali terkena banjir. Namun, Lo tidak menyerah pada keadaan. Setelah lulus SMA, ia dihadapi kenyataan bahwa tidak memiliki cukup uang untuk melanjutkan kuliah, sehingga ia memutuskan untuk bekerja di sebuah bank sebagai pegawai tata usaha atau yang sering disebut klerek.

“Saya kurang beruntung, selama 11 tahun itu jabatan saya klerek terus. Menjadi klerek gajinya kecil. Tahun 79, saya bekerja di bank, gaji saya hanya Rp20.700, ditambah uang makan Rp1.300, kira-kira Rp50.000 saat itu,” tambahnya lagi.

Kehidupan Lo saat itu sederhana dan ia hidup dengan gaji yang relatif kecil. Namun, yang luar biasa adalah pengelolaan keuangannya. Meskipun gajinya terbatas, Lo mampu mengelolanya dengan bijak, bahkan menyisihkan sebagian uang untuk melanjutkan pendidikan kuliah di malam hari. 

Ia menceritakan bahwa saat itu, ia berkuliah di tempat yang letaknya berseberangan dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan bahkan tidak ada gedung khusus untuk kampusnya.

“Kuliah saya waktu itu di universitas yang tidak punya kampus, tidak punya gedung. Jadi, gedungnya itu menyatu dengan gedung SMA. Kalau siang gedung SMA, kalau malam di kontrak untuk universitas,” ujarnya.

Perubahan besar dalam hidup Lo terjadi pada tahun 1988, ketika pemerintah mengeluarkan Pakto 88 atau Paket Kebijaksanaan Oktober 1988. Kebijakan ini membuka pintu bagi siapa saja yang ingin mendirikan bank baru. Lo melihat peluang dalam situasi ini dan mulai bekerja di sebuah bank di Jakarta.

“Salah satu pengusaha di Surabaya membuka bank di Jakarta. Dia mengajak saya untuk bekerja di banknya. Dari gaji saya yang Rp50.000, kemudian baru naik ke Rp350.000,” kata Lo.

Dengan tekad dan kerja kerasnya, Lo terus meniti karir di dunia perbankan. Ia bahkan menerima tawaran untuk bekerja di bank lain yang menawarkan kenaikan gaji yang lebih besar. Ia pun diangkat menjadi kepala cabang bank. Meskipun begitu, Lo tetap tak lupa untuk menjalani gaya hidup berhemat.

Berbekal akumulasi kekayaan yang ia peroleh melalui gaya hidup sederhana dan kebijaksanaan finansialnya, Lo Kheng Hong akhirnya memutuskan untuk berinvestasi di saham setelah 34 tahun bekerja di bank. Keputusan ini mengawali perjalanan panjangnya menjadi salah satu investor saham terkemuka di Indonesia.

“Meskipun pangkat naik, gaji naik, tapi pengeluaran nggak naik. Setelah 34 tahun, uang itu jadi besar. Jadi, masih ada banyak sisa uang yang bisa dibelikan saham,” terang Lo.

Baca Juga: Produk Investasi Ini Masih Bisa Jadi Jagoan Buat Investor Konservatif

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: