Pada 2021, Elon Musk, yang merupakan CEO Tesla, pemilik X, dan pendiri SpaceX, mengatakan bahwa Tesla akan menerima pembayaran Bitcoin setelah penambang Bitcoin menggunakan sumber energi terbarukan hingga 50% "dengan tren masa depan yang positif."
Dilansir dari Cointelegraph, Jumat (15/9/2023), dalam unggahan tanggal 14 September di X (dulu Twitter), analis Bloomberg, Jamie Coutts melaporkan bahwa persentase energi penambangan Bitcoin yang berasal dari sumber energi terbarukan telah melebihi 50% dengan "penurunan emisi ditambah laju hash rate yang dramatis."
Menurut Coutts, dorongan menuju sumber energi terbarukan adalah hasil dari penambang yang tersebar dari China setelah larangan penambangan negara itu dimulai pada tahun 2021. Selain itu, beberapa negara juga beralih ke penambangan guna mengomersialisasi energi yang terlantar dan berlebih.
Baca Juga: Para Eksekutif Perusahaan Tambang Prediksi Nilai Bitcoin Akan Melonjak pada 2024
Beberapa negara yang telah berinvestasi dalam penambangan BTC dan telah mengakui kripto tersebut sebagai alat pembayaran sah sejak tahun 2021 adalah El Salvador, Bhutan, Oman, dan Uni Emirat Arab. Tolak ukur energi 50% ini dapat berarti langkah lebih besar menuju adopsi oleh salah satu perusahaan terbesar di dunia.
Sebagaimana diketahui, Musk mengumumkan bahwa Tesla akan menghentikan penerimaan pembayaran BTC pada Mei 2021 lalu, dengan alasan "peningkatan penggunaan bahan bakar fosil yang pesat untuk penambangan Bitcoin dan transaksi" pada saat itu.
Sejak menetapkan ambang batas sumber energi berkelanjutan sebesar 50% untuk kapan perusahaan akan melanjutkan pembayaran, Musk mengakui bahwa ada tren positif menuju sumber energi hijau, tetapi belum mengubah kebijakan Tesla.
Baca Juga: Malaysia Sukses Menangkan Hati Elon Musk dan Tesla, Kalahkan Indonesia Hingga Korea Selatan!
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement