Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Starlink Tak Sepenuhnya Ancam Operator Lokal? Berikut Penjelasannya

Starlink Tak Sepenuhnya Ancam Operator Lokal? Berikut Penjelasannya Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri telekomunikasi di Indonesia telah menjadi lanskap yang matang selama beberapa dekade. Industri ini dirancang dan dipelihara dengan upaya tak kenal lelah oleh perusahaan-perusahaan lokal. 

Namun, dengan kemunculan Starlink, sebuah proyek besar dari SpaceX yang dimotori oleh Elon Musk, paradigma industri ini kini tengah diuji. Sebagian pebisnis telekomunikasi menyambut positif kedatangan Starlink, sementara sebagian lainnya mengutarakan kekhawatiran.

Indrawan Nugroho, CEO dan Co-founder di Corporate Innovation Asia (CIAS), menggambarkan betapa infrastruktur telekomunikasi di Indonesia telah menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat. 

Baca Juga: Starlink Masuk Indonesia, Gimana Nasib Provider Lokal?

“Telekomunikasi berada di area strategis dan erat kaitannya dengan kepentingan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan hampir semua aspek kehidupan masyarakat,” tutur Indrawan, dikutip dari kanal Youtube-nya pada Sabtu (30/9/2023).

Namun, dengan kemunculan Starlink, tantangan baru menghadang. Starlink hadir dengan teknologi tinggi yang mampu menjangkau wilayah terpencil, mengajukan pertanyaan kritis tentang arah strategis dan keamanan siber Indonesia.

Menghadapi dilema ini, perlindungan industri telekomunikasi lokal menjadi suatu keharusan, bukan untuk menolak inovasi global atau investasi asing, tetapi untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan kepentingan bisnis.

Di sisi lain, kompetisi juga merupakan opsi yang penting. Starlink, dengan teknologi dan tarif langganan yang lebih tinggi, membuka ruang persaingan yang sehat di industri telekomunikasi. Dalam perspektif kompetisi, kehadiran Starlink di Indonesia adalah angin segar yang memacu operator lokal untuk meningkatkan pelayanan dan produk mereka sesuai kebutuhan konsumen.

“Berbeda dari segmen yang dibidik oleh operator lokal, tarif langganan Starlink yang berkisar antara Rp2 juta sampai Rp33 juta per bulannya,” bebernya.

Menurut Indrawan, dengan tarif langganan yang lebih tinggi, Starlink tidak sepenuhnya akan bersaing secara langsung dengan operator lokal. Starlink membidik segmen pasar yang membutuhkan koneksi internet berkualitas tinggi, terutama di lokasi-lokasi sulit dilayani oleh operator lain. 

Sementara, operator lokal fokus pada masyarakat umum termasuk yang berada di segmen menengah ke bawah, sehingga menawarkan tarif yang lebih terjangkau.

Starlink menawarkan alternatif bagi siapa pun yang memerlukan layanan khusus dan siap membayar tarif premiumnya termasuk mereka yang berada di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).

“Ada baiknya, Starlink tidak dilihat sebagai raksasa yang siap mencaplok pangsa pasar operator lokal. Anggap saja, Starlink adalah pelengkap lanskap telekomunikasi di Indonesia,” pungkasnya.

Baca Juga: MTEL Tunjukkan Ketahanan Bisnis yang Kuat di Tengah Konsolidasi Industri Telekomunikasi

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: