Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Konflik Palestina dan Israel Bisa Picu Perang Regional, Indonesia Perlu Lakukan Ini

Konflik Palestina dan Israel Bisa Picu Perang Regional, Indonesia Perlu Lakukan Ini Kredit Foto: Al-jazeera
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pakar Kebijakan Publik, Achmad Nur Hidayat mengungkapkan bila perekonomian global saat ini menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan konflik di Timur Tengah antara Palestina dan Israel, serta perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina. 

“Konflik-konflik ini tidak hanya mengancam wilayah tempat konflik terjadi, tetapi juga berpotensi mengurangi keterhubungan ekonomi antara negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia,” ujar Achmad, dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu (29/10/20230. 

Menurutnya, sejak krisis keuangan global tahun 2008, banyak negara mulai menerapkan kebijakan proteksionis untuk melindungi industri dalam negeri mereka dari persaingan asing, yang pada gilirannya menyebabkan deglobalisasi.

Dengan situasi saat ini di Timur Tengah, deglobalisasi semakin meningkat. Hubungan geopolitik AS di Timur Tengah juga semakin memburuk, dengan AS mengirim dua kapal induk dan 2000 tentara untuk melindungi Israel, yang dapat merusak reputasi AS di mata dunia Islam, termasuk Indonesia. 

“Keretakan geopolitik ini dapat menyebabkan berkurangnya kerja sama perdagangan antar negara, pembagian informasi, teknologi, dan hubungan pasar keuangan,” ucapnya. 

Baca Juga: Efek Perang Israel-Palestina, Harga Minyak Bakal Meningakat Drastis!

Lebih lanjut, Ia mengemukakan jika situasi di Timur Tengah terus meningkat, ini dapat menyebabkan perpecahan yang lebih besar di kawasan tersebut dan mungkin juga di antara beberapa pelaku ekonomi utama lainnya. 

Dukungan AS yang kuat terhadap Israel dapat menyebabkan negara-negara lain seperti Tiongkok, Rusia, dan Iran mengambil sisi menentang Israel, yang dapat memburuknya hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan negara-negara tersebut. Ini juga dapat menyebabkan inflasi global dan kenaikan suku bunga di seluruh dunia, yang pada akhirnya akan memperparah pertumbuhan ekonomi global.

“Untuk memahami dampak konflik di Timur Tengah dan Ukraina terhadap ekonomi global, kita perlu melihat lebih dekat pada beberapa faktor kunci. Pertama, konflik ini menyebabkan ketidakpastian yang tinggi, yang dapat mengurangi investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, konflik ini dapat menyebabkan gangguan pada rantai pasokan global, yang dapat meningkatkan biaya produksi dan menyebabkan inflasi. Ketiga, konflik ini dapat menyebabkan perubahan dalam arus perdagangan global, yang dapat mempengaruhi neraca perdagangan negara-negara yang terlibat,” terangnya. 

Selain itu, lanjut Achmad, negara-negara di seluruh dunia perlu memperkuat ekonomi domestik mereka dan mengurangi ketergantungan mereka pada negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. 

Ini akan membantu melindungi mereka dari dampak negatif dari ketidakstabilan geopolitik dan memastikan bahwa mereka dapat terus berkembang meskipun ada ketidakpastian global.

Pasalnya, bila konflik di Timur Tengah terus meningkat dan perang darat terjadi, ini bisa menyebabkan perpecahan yang lebih besar di kawasan tersebut dan mungkin juga di antara beberapa pelaku ekonomi utama lainnya. Negara-negara di Timur Tengah mungkin akan terpecah menjadi dua kubu, dengan beberapa negara mendukung Israel dan yang lainnya mendukung Palestina. 

“Ini bisa menyebabkan perang regional yang melibatkan banyak negara dan memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian global. Inflasi global bisa meningkat secara signifikan, dan ini bisa menyebabkan kenaikan suku bunga di seluruh dunia, yang pada akhirnya akan memperparah pertumbuhan ekonomi global,” urainya. 

Baca Juga: Maruf Amin Serukan PBB Segera Hentikan Penyerangan Israel di Palestina

Nah, dalam menghadapi ketidakpastian global yang disebabkan oleh konflik di Timur Tengah, Indonesia dinilai perlu memperkuat ekonomi domestiknya dengan fokus pada pengembangan sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, pendidikan, dan teknologi. 

Investasi di sektor-sektor ini akan meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi Indonesia, sehingga mampu bersaing di pasar global.

Selain itu, diversifikasi pasar ekspor menjadi penting untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara tertentu. Dengan memperluas pasar ekspor, Indonesia dapat melindungi diri dari dampak negatif ketidakstabilan geopolitik di negara-negara tujuan ekspor utama.

“Ketahanan pangan juga perlu ditingkatkan dengan memperkuat sektor pertanian dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini akan membantu Indonesia mengatasi tantangan yang mungkin timbul akibat perang timur tengah atau gangguan pasokan pangan global,” kata Achmad. 

Terakhir, meningkatkan kerja sama regional dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara akan memperkuat ekonomi regional dan menciptakan pasar yang lebih besar dan lebih kuat. Kerja sama ini dapat mencakup berbagai aspek seperti perdagangan, investasi, dan pengembangan teknologi.

“Namun harus ingat kerjasama regional mungkin sulit dilakukan bila negara kawasan Asia Tenggara tidak satu suara menentang penjajahan palestina oleh Israel. Dengan mengambil langkah-langkah ini, Indonesia akan lebih siap menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh ketidakstabilan geopolitik dan dapat memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tutup Achmad. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: