Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, Pembangkit Listrik Tenaga Hidro telah berkontribusi bagi sistem ketenagalistrikan Indonesia lebih dari 100 tahun.
Dimana, Saat ini peran tenaga hidro menjadi semakin penting dalam upaya percepatan transisi energi Indonesia mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Baca Juga: Menteri ESDM Beberkan Manfaat Sistem Interkoneksi Listrik di Pulau Besar Indonesia
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi tenaga hidro sebesar 95 Gigawatt (GW). Saat ini kapasitas terpasang telah mencapai 6,7 GW. Pada 2030, pengembangan pembangkit tenaga hidro ditargetkan mencapai lebih dari 10 GW.
"Selanjutnya, akan ditingkatkan lebih lanjut mencapai 72 GW sampai 2060. Sementara, untuk pumped storage akan mencapai 4,2 GW," ujar Arifin dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (2/11/2023).
Arifin menyebut, pemerintah saat ini memprioritaskan pengembangan transmisi super grid untuk meningkatkan konektivitas antarpulau. Lebih penting lagi untuk mendorong pemanfaatan sumber energi hidro dan energi terbarukan lainnya di Indonesia.
"Tenaga hidro adalah salah satu energi terbarukan yang dapat digunakan sebagai baseload dan juga sebagai solusi bagi intermitensi dari variabel energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, pada jaringan listrik," ujarnya.
Baca Juga: Adu Merakyat, Jubir Anies Ungkit Digusurnya Warga Jakarta oleh Jokowi dan Ahok
Dimana, Saat ini, sedang berlangsung pembangunan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga hidro di Indonesia, yaitu PLTA Jatigede berkapasitas 110 Megawatt (MW) dan PLTA Asahan (174 MW), yang ditargetkan mencapai Commercial Operation Date (COD) pada tahun 2024.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement