Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ganjar Pranowo Paparkan 5 Isu Utama Kebijakan Strategis Politik Luar Negeri, Apa Saja?

Ganjar Pranowo Paparkan 5 Isu Utama Kebijakan Strategis Politik Luar Negeri, Apa Saja? Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Calon Presiden dari PDIP Ganjar Pranowo membeberkan 5 isu utama dari kebijakan strategis politik luar negeri Indonesia.

Hal ini Ganjar sampaikan dalam acara “Pidato Calon Presiden Republik Indonesia: Arah dan Stategis Politik Luar Negeri” pada Selasa (7/11/23) yang diselenggarakan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia.

Ganjar menyebut kebijakan politik luar negeri “Bebas Aktif” yang selama ini dipegang Indonesia perlu didefinisikan dan diformulasikan ulang sesuai dengan perkembangan terkini.

Makna “bebas” dalam kebijakan politik luar negeri menurut Ganjar bukan hanya sekadar bebas, tetapi perlu diterapkan untuk membuat langkah strategis dalam menyikapi berbagai hal. Pun demikian dengan “aktif” yang menurut Ganjar perlu dimanfaatkan untuk Indonesia bisa lebih aktif berinisiatif dalam berbagai problem yang ada.

Baca Juga: Elektabilitas Anies Baswedan Tertinggal Jauh dari Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, Ini Buktinya!

“Hari ini kebutuhan internasional seperti apa, jadi kalau kita melihat bebasnya bukan bebas free tapi kita bebas untuk membuat kebijakan yang jauh lebih strategis, aktif pun bukan kita bicara pasif saja, tapi aktif mengambil inisiatif apalagi problem yang tidak selesai betul-betul membutuhkan penyelesaian,” jelasnya.

Dalam pemaparan politik luar neger “bebas aktif” yang saat ini masih dipegang Indonesia, Ganjar juga menyebutkan ada 5 fokus utama yang perlu jadi perhatian terkait pengambilan kebijakan luar negeri Indonesia.

Pertama, Indonesia menurutnya punya potensi jadi lumbung pangan dunia. Ganjar mengungkapkan pemerintah harus aktif dalam hal pangan ini dan tidak bisa membiarkan para petani bekerja sendirian agar Indonesia jadi Lumbung pangan dunia bukan sekadar ucapan saja.

“Butuh modernisasi, mekanisasi dan intervensi dari pemerintah, tidak bisa politik pangan ini dibiarkan kepada petani dan dibiarkan berjalan begitu saja, negara harus intervensi termasuk pengelolaannya,” ungkapnya.

Kedua, kemandirian energi yang menurut Ganjar untuk beralih ke energi yang lebih bersih, dibutuhkan biaya sangat besar sehingga butuh adanya kerja sama antar negara lewat diplomasi yang dilakukan para diplomat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: