“Peneliti asing Indonesianis menyebut fenomena ini sebagai gejala ‘Filipinisasi’ politik, dengan munculnya partai-partai presidensial dan menggeser partai-partai berbasis aliran ideologi warisan tahun 1955,” Dendik menjelaskan.
Demokrat yang telah melewati fase kejayaan dan kegagalan SBY meregenerasi kepemimpinan dengan mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono, kini harus puas bertahan pada peringkat kelima dengan elektabilitas 7,1 persen, di bawah Golkar (8,4 persen) dan PKB (7,8 persen).
Baca Juga: Terbukti Melanggar Kode Etik, Bobby Nasution Resmi Dipecat PDIP!
Berikutnya adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang mengalami peningkatan elektabilitas mencapai 6,5 persen.
“Tampilnya Kaesang Pangarep, salah satu putera Jokowi, sebagai ketua umum mengerek dukungan publik terhadap partai berbasiskan anak muda itu,” ujar Dendik.
Berbeda dengan SBY dan Prabowo yang khusus membentuk partai sebagai kendaraan politik, Jokowi berkiprah melalui PDIP tanpa pernah menempati posisi struktural tertentu. Jokowi bahkan kerap dilabeli “petugas partai” oleh para elite PDIP, termasuk ketua umum Megawati.
“Kini Jokowi telah membangun dinasti politiknya sendiri, dalam waktu yang relatif singkat, di mana putera sulungnya Gibran berpeluang menang berpasangan dengan Prabowo, dan Kaesang memimpin PSI yang juga dikenal sebagai pendukung kuat Jokowi,” terang Dendik.
Berikutnya ada PKS (4,2 persen), PAN (2,7 persen), Nasdem (2,3 persen), dan PPP (2,0 persen). “Berada di kisaran ambang batas parlemen, partai-partai tersebut masih memiliki peluang lolos ke Senayan dengan memperhitungkan margin of error survei,” jelas Dendik.
Sisanya terancam tidak lolos, yaitu Perindo (1,6 persen), Gelora (1,2 persen), dan PBB (1,0 persen). Lalu ada Ummat (0,5 persen), Hanura (0,2 persen), dan Garuda (0,1 persen), sedangkan PKN dan Buruh nihil dukungan, dan sisanya 19,2 persen menyatakan tidak tahu/tidak jawab.
Survei Polmatrix Indonesia dilakukan pada 1-7 November 2023 kepada 2.000 responden mewakili 34 provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) dengan margin of error survei sebesar ±2,2 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement