Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Penyebab AI Sulit Gantikan Pekerjaan Manusia di Masa Depan

Ini Penyebab AI Sulit Gantikan Pekerjaan Manusia di Masa Depan Kredit Foto: Pixabay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kebutuhan akan tenaga kerja dewasa ini sering di dampinkan oleh issue teknologi yang dianggap meresahkan, yaitu keberadaan AI. 

Inovasi AI yang semakin hari semakin mendekati sempurna menjadikan isu seputar kebutuhan tenaga kerja yang dapat digantikan oleh teknologi tersebut masih menjadi perbincangan hangat. 

Namun beberapa praktisi memiliki pendapat dan prediksi bahwa AI tidak akan sepenuhnya menggantikan fungsi dari manusia. Masih banyak hal-hal yang tidak bisa digantikan oleh mesin.

Seorang praktisi HRD, Fidelma Butler, Chief People Officer, Couchbase menyampaikan bahwa inovasi AI akan terus berevolusi serta akan selalu memiliki peningkatan dalam kemampuannya.

Ia menyebut, AI bukanlah mesin yang mampu melakukan penalaran sehingga memiliki pertimbangan yang manusiawi. Seperti pekerjaan di bidang ketenagakerjaan (Human Resources) yang memerlukan kolaborasi dan komunikasi antar manusia. 

Menurutnya AI justru akan menjadi penunjang bagi pekerjaan pekerjaan manusia dan membantu manusia lebih produktif, oleh karena itu sangatlah penting memanfaatkan dengan bijak teknologi AI.

“Tentu saja, mengatakan bahwa AI tidak pernah dan tidak akan terus memberikan manfaat pada bagian SDM (dan departemen lain di seluruh perusahaan) justru akan menyia-nyiakan potensi AI. AI memungkinkan tim untuk beroperasi secara lebih strategis, mempercepat tugas-tugas seperti persiapan deskripsi pekerjaan, menyusun pertanyaan wawancara, meningkatkan komunikasi, mendukung administrasi penggajian dan tunjangan” jelas Fidelma.

Baca Juga: Gunakan Artificial Intelligence, Hulu Migas Hasilkan Nilai Tambah dan Hemat Hingga Rp900 Miliar

Oleh karena itu, meskipun “keterampilan utama” dalam tim SDM, seperti memilih kandidat yang memenuhi syarat, mengembangkan potensi, mengelola kebutuhan tenaga kerja yang kompleks, mempertahankan bakat, membuat keputusan penting, memberikan empati pada situasi tertentu, dan banyak lagi, tidak dapat digantikan oleh otomatisasi atau teknologi yang didukung AI.

Fidelma juga memprediksikan para pelaku usaha tentunya akan mengevaluasi ulang anggaran mereka alih alih fokus pada pengeluaran yang lebih berguna bagi pengalaman karyawan. Menurutnya Iklim perekonomian pada tahun 2023 memaksa para pemimpin perusahaan untuk mengevaluasi kembali alokasi anggaran, hingga akhirnya menghasilkan keputusan-keputusan yang sulit karena alasan finansial. Banyak di antara mereka yang terpaksa melakukan PHK, menghentikan rekrutmen, dan/atau menunda promosi atau kenaikan gaji.

Hal ini dilakukan mengingat sumber daya keuangan yang terbatas, para pemimpin perusahaan harus memahami dan fokus pada apa yang benar-benar penting bagi karyawan.

“Kurangi penggunaan yang tidak perlu, namun saat ini memenuhi kebutuhan karyawan saja tidak cukup. Ya, saya sedang melihat Anda, wahai “kombucha di keran”. Karyawan tidak serta merta seperti orang yang terikat dengan tenis meja dan salon perawatan rambut yang tersedia di tempat kerja. Para karyawan juga ingin berkontribusi, memahami peran mereka dalam mencapai hasil yang lebih luas, menerima masukan, dan didengarkan di tempat kerja, yang semuanya itu tidak harus melibatkan pengeluaran finansial” terang Fidelma.

Ia menyampaikan bahwa sekaranglah waktunya untuk berinvestasi pada upaya-upaya internal dalam menumbuhkan keterikatan dan keterlibatan karyawan, agar seperti halnya di dunia nyata, membuat mereka dapat berkolaborasi secara efektif untuk mencapai tujuan bersama meskipun datang dari beragam latar belakang dan lingkungan. Karyawan menginginkan fleksibilitas, peluang pengembangan karir, pekerjaan menarik dan manfaat yang menyeluruh. Hal ini dapat terwujud jika para pemimpin fokus pada pengeluaran yang bertanggung jawab, yang berdampak positif pada pengalaman karyawan.

Baca Juga: Artificial Intelligence Center Indonesia: Kenalkan dan Kembangkan AI Bersinergi dengan Pendidikan

Di era saat ini, sebuah generasi yang tidak bisa terlepas dari teknologi, anak-anak yang sejak kecil terbiasa menghabiskan waktu dengan iPad alias iPad babies, akan memasuki dunia kerja dengan mengharapkan pengalaman teknologi yang lancar di seluruh siklus pekerjaan mereka, mulai dari perekrutan hingga pekerjaan sehari-hari, pengembangan profesional, dan budaya perusahaan.

Diperkirakan dalam lima tahun ke depan, orang-orang baru yang berbakat di bidang digital akan memasuki dunia kerja dan tumbuh dengan layar digital sebagai perpanjangan dari diri mereka sendiri. IPhone pertama dirilis pada tahun 2007; iPad pertama pada tahun 2010. Anak-anak yang lahir pada tahun-tahun tersebut kini berada di tahun-tahun terakhir sekolahnya dan akan mulai memasuki dunia kerja pada dekade berikutnya. Mereka terbiasa dengan orang tua yang memegang ponsel, kemudian tablet sebagai bagian dari sistem hiburan masa kecil mereka, dan juga perkembangan teknologi di masa remajanya.

Tentu saja, meski saat ini kita mempunyai tenaga kerja yang merupakan warga asli dunia digital (digital natives), kita tetap harus bersiap menghadapi masuknya orang-orang dewasa yang lebih paham teknologi.

“Dengan kehebatan teknis mereka, muncullah harapan akan kepuasan instan dan pengalaman yang mulus yang tidak menoleransi sistem dan proses yang kuno dan rumit. Ekspektasi generasi ini memiliki standar yang lebih tinggi terhadap inklusivitas pendapat dan keterwakilan diri mereka. Maka mempersiapkan semua kemungkinan ini sangatlah penting dalam membangun organisasi yang berkelanjutan dan bernilai tambah” imbuh Fidelma seorang praktisi yang memiliki pengalaman dalam memimpin tim global yang pernah menjadi Wakil Presiden Tim Pengembangan Bakat dan Organisasi di Zendesk.

Perusahaan yang memiliki cukup informasi dan selalu siap melayani kebutuhan generasi berikutnya akan bisa ditumbuhkan melalui investasi dalam teknologi baru (antara lain seperti solusi yang memungkinkan kolaborasi tim lintas fungsi dan penyederhanaan pengambilan keputusan), peningkatan analisis dan wawasan data, dukungan pada pembelajaran pada saat itu juga, dan penguatan upaya internal yang berfokus pada budaya pembelajaran yang beragam namun partisipatif.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: