Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ada 34 Ribu Kasus Baru Kanker Paru di Indonesia Tiap Tahunnya, Skrining dan Deteksi Dini Itu Penting Dilakukan!

Ada 34 Ribu Kasus Baru Kanker Paru di Indonesia Tiap Tahunnya, Skrining dan Deteksi Dini Itu Penting Dilakukan! Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kanker paru menjadi kanker penyebab kematian nomor satu di dunia, termasuk di Tanah Air. Di Indonesia, kanker paru menempati posisi ketiga setelah kanker payudara dan serviks. Berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan) pada 2020, ditemukan 34.783 baru kanker di Indonesia, dan tercatat ada sekira 30.843 penderita kanker paru yang meninggal dunia.

Serupa halnya yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dari total kasus yang ditemukan, angka kasus kematian akibat kanker paru hampir mencapai 88 persen.

“Betul sekali, setiap tahun ada sekitar 34 ribu kasus baru, tapi kematiannya yang menjadi perhatian kita, karena kematiannya hampir 88 persen. Dari 34 ribu kasus baru, kematian yang dilaporkan itu 30 ribu sampai 31 ribu,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr. Siti Nadia Tarmizi di kawasan Kuningan Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2023).

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker Paru, Pemeriksaan Molekuler dan Imunohistokimia Harus Ditanggung BPJS

Dalam upaya pencegahan yang dilakukan oleh Kemenkes, pemerintah merilis program skrining gratis untuk 14 penyakit dengan risiko faktor tertinggi, termasuk kanker paru-paru.

“Kita tahu bahwa upaya pencegahan adalah kunci utama meningkatkan kualitas hidup. Makanya kemudian, di dalam kebijakan transformasi kesehatan yang kita lakukan dengan 6 pilarnya, di layanan primer kita menambahkan 14 penyakit yang kita skrining, termasuk kanker,” jelas dr. Siti Nadia Tarmizi.

Dalam program skrining dan deteksi dini ini, dr. Nadia menjelaskan lebih lanjut, bila hal tersebut dapat di-cover dengan BPJS. Sehingga, masyarakat dengan kepesertaan BPJS juga bisa mendapatkan skrining dan deteksi dini untuk penyakit kanker.

Namun, tidak semua orang bisa mengikuti proses tersebut. Skrining dibatasi untuk masyarakat berusia 45-71 tahun (yang memiliki faktor risiko), dan hanya bisa dilakukan secara gratis di puskesmas dalam satu tahun sekali.

Selain itu, pemerintah juga mengedepankan transformasi layanan sekunder. Yang mana, juga memprioritaskan empat jenis penyakit, walaupun kanker berada di peringkat ke lima pada 2024.

Pemerintah berharap dalam planning-nya, rumah sakit di seluruh provinsi di Indonesia memiliki kompetensi khusus untuk menangani pasien kanker paru. Saat ini, RSUP Persahabatan yang menjadi rujukan pertama bagi pasien kanker paru.

“Saat ini, jumlah corner kesehatan yang mampu melakukan diagnostik maupun pengobatan itu sangat terbatas, karena rumah sakit umum provinsinya tidak memiliki fasilitas, tenaga kesehatan, atau bahkan kemampuan untuk melakukan diagnostik maupun layanan terapi pengobatan,” tutur dr. Nadia.

“Ini yang kita perbaiki jejaringnya, sehingga harapannya jangan sampai ada lagi masyarakat yang harus menunggu untuk mendapatkan tindakan terhadap diagnosis kankernya. Pokoknya saat ini yang penting itu skrining dan deteksi dini,” imbuhnya.

Baca Juga: Bantu Penanganan Kanker, Bayan Peduli Siap Gelar Buyrun For Charity, Ayo Daftar

Perlu juga diketahui, skrining dan deteksi dini itu berbeda. Skrining dilakukan oleh orang dalam kondisi yang sehat, sementara deteksi atau diagnosis merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh seseorang yang sudah memiliki gejala kanker paru.

Adapun tujuan dilakukannya skrining untuk menemukan adanya penyakit sedini mungkin, sehingga bisa ditindak lebih lanjut sedari awal dan dapat menekan angka kematian akibat kanker paru.

“Rata-rata hampir 80-90% orang datang sudah stadium 3-4, jadi sudah sangat terlambat. Faktor penyebab mereka terlambat itu karena ada gejala. Kalau kita bayangkan paru, paru kalau dibuka itu seluas lapangan bola. Nah, kalau ada masalah di ujung satu corner, itu tidak mengefek ke yang luasnya. Ketika sudah meluas sampai satu setengah lapangan, kena, baru ada gejala. Makanya itu, penting sekali skrining dan deteksi dini. Kalau dia punya faktor risiko minimal satu tahun sekali untuk melakukan skrining,” jelas Kepala Pelayanan Medik RSUP Persahabatan dr. Erlang menambahkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: