Mulai Hari Ini Ulang Tahun ke-11 Halving Bitcoin, Dari Rp184 Ribu Menjadi Rp569 Juta
Mata uang kripto terbesar berdasarkan nilai pasar, Bitcoin (BTC), mengalami penurunan atau halving untuk pertama kali setelah 11 tahun lalu, yang tepat terjadi pada hari ini. Komunitas Bitcoin dunia merayakan ulang tahun halving Bitcoin yang pertama ini, dan menganggap bahwa inilah saat yang tepat untuk melihat kembali tonggak sejarah Bitcoin menjelang halving berikutnya yang diperkirakan terjadi pada April 2024.
Dilansir dari laman Cointelegraph pada Rabu (29/11/2023), mulanya transaksi Bitcoin pertama terjadi hampir 15 tahun yang lalu, yakni pada tanggal 3 Januari 2009, beberapa bulan setelah pencipta Bitcoin dengan nama samaran, Satoshi Nakamoto, mempublikasikan buku putih Bitcoin pada bulan Oktober 2008.
Pada tanggal 28 November 2012 - tiga tahun dan 10 bulan setelah blok pertama Bitcoin ditambang - peristiwa halving pertama kali terjadi. Pada saat itu, koin ini diperdagangkan sekitar US$12 (Rp184 ribu), menurut data dari StatMuse, atau 308.200% di bawah harga Bitcoin saat ini, menurut data dari CoinGecko.
Meskipun Bitcoin halving dan batas pasokan 21 juta mata uang digital tidak secara langsung dijelaskan dalam buku putih, dokumen tersebut masih mengisyaratkan mekanisme tertentu untuk mengontrol pembuatan Bitcoin baru. Buku putih itu berbunyi sebagai berikut.
"Untuk mengimbangi peningkatan kecepatan perangkat keras dan minat yang berbeda-beda dalam menjalankan node dari waktu ke waktu, tingkat kesulitan proof-of-work ditentukan oleh rata-rata bergerak yang menargetkan jumlah rata-rata blok per jam. Jika blok-blok tersebut dibuat terlalu cepat, maka tingkat kesulitannya akan meningkat,” ujar buku putih tersebut.
Tidak hanya itu, aspek halving juga disebutkan dalam kode sumber Bitcoin. Secara khusus, halving tersedia di repositori Bitcoin Core GitHub pada file validation.cpp dan mengindikasikan bahwa subsidi blok penambang "dipotong setengahnya setiap 210.000 blok, yang akan terjadi setiap empat tahun sekali."
Mekanisme halving Bitcoin telah diprogram ke dalam algoritma penambangan untuk melawan inflasi dengan mempertahankan kelangkaan.
Sebelum halving pertama terjadi, para penambang diberi kompensasi sebanyak 50 BTC per blok. Setelah peristiwa halving pertama pada tahun 2012, subsidi dipangkas menjadi 25 BTC, diikuti halving kedua pada tahun 2016, yang mengurangi subsidi menjadi 12,5 BTC. Halving Bitcoin terbaru terjadi pada tahun 2020, memotong subsidi blok dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC.
Karena halving Bitcoin secara signifikan meningkatkan kelangkaan mata uang kripto, maka siklus harga Bitcoin secara historis dipengaruhi oleh peristiwa ini. Hanya setahun setelah halving pertama, harga Bitcoin telah meningkat menjadi hampir US$1.000 (Rp15 juta), lalu halving kedua memicu lonjakan 350% selama setahun setelah kejadian tersebut, dengan harga Bitcoin kemudian menguat ke level tertinggi sepanjang masa atau all-time high (ATH) di hampir US$20.000 (Rp307 juta) pada Desember 2017.
Setelah halving Bitcoin ketiga, harga koin ini melonjak ke level ATH di hampir US$69,000 (Rp1 miliar) pada November 2021.
Peringatan halving Bitcoin pertama terjadi saat komunitas mata uang kripto menunggu halving Bitcoin keempat, yang diperkirakan akan terjadi pada 17 April 2024. Banyak pendukung Bitcoin optimis dengan harganya di tahun 2024 di tengah ekspektasi yang meningkat bahwa regulator sekuritas Amerika Serikat akhirnya dapat menyetujui dana yang diperdagangkan di bursa Bitcoin (ETF Spot).
Namun, halving pada tahun 2024 bukanlah menjadi yang terakhir. Imbalan penambang Bitcoin diperkirakan akan dibelah dua sebanyak 34 kali hingga mencapai 0 BTC setelah 21 juta Bitcoin ditambang. Berdasarkan jadwal saat ini, pasokan maksimum 21 juta Bitcoin akan tercapai sekitar tahun 2140.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement