Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara merupakan sebuah upaya proses percepatan pembangunan, pemerataan, dan pemberdayaan kawasan Indonesia Timur.
“Penetapan IKN diharapkan dapat menjadi katalis untuk menumbuhkan pusat-pusat ekonomi baru di Pulau Kalimantan dan wilayah Indonesia Timur secara umum," ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kementerian Komunikasi dan Informatika Septriana Tangkary.
Hal ini disampaikannya dalam sambutannya pada acara Temu Influencer dengan tema "Mewujudkan Visi Smart City dalam Transformasi Ibu Kota Nusantara", di The Rinra Hotel, Makassar.
Septriana menjelaskan, selain peran dan partisipasi masyarakat, rencana pemindahan IKN ke Kalimantan Timur tentunya harus dibarengi dengan pengelolaan strategi komunikasi publik yang baik.
Ada begitu banyak aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pemindahan IKN. Seperti,aspek sosiologis, aspek geografis, aspek geopolitik, aspek ekonomi, dll.
Semua aspek tersebut akan terus menjadi isu perbincangan di masyarakat. Selanjutnya, Direktur Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN Agus Gunawan menjelaskan, ada sembilan generator ekonomi di IKN.
Yaitu Pusat Pemerintahan Nasional, Pusat Ekonomi, Bisnis, dan Keuangan; Energi Terbarukan; Pusat Hiburan dan Olahraga; Layanan Edukasi; Inovasi dan Riset.
Lalu, Pusat Distribusi dan Perdagangan Komoditas; Pusat Agroindustri dan Industri Pangan; dan Pusat Kegiatan Pertanian dan Perikanan.
Agus menambahkan ada tiga prinsip pengembangan energi dalam Rencana Induk Nusantara, yaitu Resilience, Affordable, dan Sustainable.
Nantinya, 100 persen kebutuhan energi di IKN akan terpenuhi melalui instalasi kapasitas energi terbarukan.
Untuk mencapai Key Performance Indicator (KPI) 100 persen energi terbarukan dan net zero emission pada tahun 2045 di IKN, diperlukan transisi energi dalam penyediaan tenaga listrik.
"Transisi energi dilakukan melalui pembangkit listrik terbarukan yang didukung oleh sistem penyimpanan, pemanfaatan pasokan listrik dari sistem ketenagalistrikan Kalimantan yang terdiri dari generator energi baru terbarukan, dan penerapan sistem jaringan cerdas (smart grid)," ujarnya.
Sementara belajar dari pelayanan Smart City Kota Makassar, Plt. Kepala Dinas Kominfo Kota Makassar Ismawaty Nur menjelaskan, konsep smart city di Makassar sedikit berbeda dengan yang ada di kota-kota lain.
Makassar, menyelipkan kearifan lokal yaitu Somberé, yang artinya adalah keramahan, kebaikan, dan persaudaraan.Jika smart city adalah perangkat keras dan lunak, maka Somberé adalah perangkat hati atau. heartware, jadi melayani dengan hati.
"Somberé dan smart city merupakan platform dan induk kota pintar Makassar. Somberé dan smart city is when high touch meets high tech. Artinya, pelayanan publik dengan hati yang lebih cepat, efisien, mudah diakses. Smart city bagi Kota Makassar harus berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat," terangnya.
Terakhir, Wawan Puji Siswanto sebagai seorang content creator dunia konstruksi Indonesia menjelaskan beberapa progres pembangunan IKN yang telah ia liput.
Di antaranya pembangunan IKN PLTS 50 MW, Multi-Utility Tunnel (MUT), Bendungan Semoi, Rumah Menteri, dan Jembatan Balang.
“Pemindahan ibu kota tidak semata-mata memindahkan pusat pemerintahan dari Jakarta ke Nusantara, tetapi memindahkan peradaban, kebiasaan-kebiasaan lama ke arah yang lebih baik guna menyongsong Indonesia Emas, Indonesia Unggul dan Indonesia Maju Pada Tahun 2045," ujar Wawan menutup presentasinya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement