Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hasil RDG BI Diumumkan Siang Ini, Pengamat Prediksi BI Akan Tahan Suku Bunga Acuannya

Hasil RDG BI Diumumkan Siang Ini, Pengamat Prediksi BI Akan Tahan Suku Bunga Acuannya Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom Senior, Ryan Kiryanto memproyeksikan bahwa Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuannya BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada pengumanan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) siang ini.

"Dengan mempertimbangkan perkembangan eksternal baik secara global maupun regional serta perkembangan internal (domestik), maka dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) minggu ini (20-21/12/2023) cenderung untuk mempertahankan stance kebijakan moneter, yakni menahan posisi BI7DRR tetap di level 6,0%," ujar Ryan di Jakarta, Kamis (21/12/2023).

Menurutnya, saat ini terlihat bank-bank sentral di negara maju condong menahan posisi suku bunga acuannya sambil menanti laju inflasi menuju ke level target yang sebesar 2%. Sebagai contoh, The Fed pada pertemuan terakhir Desember ini memutuskan menahan suku bunga acuannya Fed Fund Rate (FFR) di level 5,25-5,50%. Baca Juga: Bye-bye Dolar, BI dan BOK Sepakat Gunakan Mata Uang Lokal dalam Transaksi Perdagangan

"Keputusan ini menandakan the Fed tidak mengubah FFR untuk ketiga kalinya secara beruntun. Inflasi tahunan AS terus menurun ke 3,14% di November 2023 dari 3,24% di Oktober. Terpantau beberapa bank sentral di negara maju lainnya sudah mendahului menurunkan suku bunga acuannya menyusul arah inflasi yang sudah mendekati level target yang 2%," ucapnya.

Hal lain, lanjut Dia, perkembangan terkini terkait posisi dolar AS yang masih kuat terhadap mata uang kuat dunia lainnya juga menjadi pertimbangan lain bagi bank-bank sentral lain untuk tetap menahan suku bunga acuannya guna melindungi mata uang negaranya agar tidak terdepresiasi atau melemah terhadap dolar AS secara lebih dalam.

"Proses dolarisasi bisa dicegah sekaligus menahan ancaman pelarian modal ke luar (capital outflows)," kata Ryan yang saat ini menjabat Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI).

Di dalam negeri, Ryan bilang, arah laju inflasi menunjukkan perkembangan yang baik menuju ke level sasaran 2-4%, namun di ujung 2023 ini ada peluang inflasi (indeks harga konsumen) bulan Desember cenderung cukup tinggi karena adanya inflasi musiman yakni perayaan Natal dan Tahun Baru, sehingga akan mendorong inflasi tahunannya.

"Untuk tetap menjaga marjin atau spread antara suku bunga acuan dan inflasi tahunan sesuai ekspektasi pasar, maka pilihan untuk menahan BI7DRR menjadi rasional," imbuhnya. Baca Juga: Mitigasi Dampak Inflasi Barang Impor, BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6,00%

Ini juga selaras dengan panduan global dimana era suku bunga tinggi dengan waktu yang lama (higher for longer) kemungkinan masih akan berlanjut hingga pertengahan 2024 nanti. Ryan menjelaskan, hal ini terindikasi dari sinyal yang disampaikan para gubernur bank sentral negara maju terkait potensi penurunan suku bunga acuannya di tahun depan.

"Maka, pemilihan waktu terbaik dan tepat untuk menyesuaikan suku bunga acuan menjadi sangat krusial bagi setiap bank sentral, termasuk BI. Pertimbangan utamanya adalah tercapainya target inflasi tahunan yang permanen atau stabil dan berkelanjutan dalam beberapa bulan ke depan," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: