Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PDIP-AMIN Menjalin Komunikasi, Ungkit Soal Kasus di Boyolali

PDIP-AMIN Menjalin Komunikasi, Ungkit Soal Kasus di Boyolali Kredit Foto: Twitter/Aria Bima
Warta Ekonomi, Jakarta -

Elite PDI Perjuangan (PDIP), Aria Bima mengaku jalin komunikasi dengan pasangan dari Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN). Keduanya membahas terkait dengan isu satu putaran dan penganiayaan terhadap relawan salah satu capres di Boyolali.

Aria mengatakan, komunikasi ini dijalin dalam rangka mengamankan jalan pesta demokrasi agar tidak terjadi lagi kasus-kasus penganiayaan karena beda pilihan soal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) di Pilpres 2024.

Baca Juga: Jalin Obrolan Bareng Kubu Anies-Muhaimin, PDIP: Lu Percaya Satu Putaran?

“Komunikasi terus dilakukan, intinya gimana gesekan-gesekan dalam kampanye terbuka tidak akan lagi muncul seperti kasus di Boyolali,” jelas Aria, dilansir pada Selasa (2/1).

Menurutnya, aparat penegak hukum seharusnya bertindak netral dalam pesta demokrasi dan bukan menimbulkan kontroversi yang dapat mengancam jalan pemilu damai di Indonesia.

“Netralitas aparat ini jangan sampai berdampak pada pemilu yang tidak damai. Ini penting. Pembangunan komunikasi itu pasti. Jangan sampai sekatnya tidak dibuka,” ujar Aria.

Ia juga mengatakan, pihaknya bersama dengan kubu perubahan memiliki keyakinan yang serupa terkait dengan pesta demokrasi, yakni akan berlangsung dua putaran di Pilpres 2024.

“Putaran kedua saling dinamis, masih sangat dinamis. Saya kira untuk melihat putaran kedua, itu yang kami yakini dengan 01. 02 terlalu yakin satu putaran. 03 dan 01 tidak yakin satu putaran, pasti dua putaran,” jelasnya.

Dirinya mengungkit tengah ada upaya penggiringan opini masyarakat untuk memuluskan jalan pesta demokrasi hanya dalam satu putaran di Pilpres 2024.

Baca Juga: Politikus PDIP Soroti Praktik Hukum di 2023: 'Suap, Penggunaan Pengaruh Orang Dalam untuk Kepentingan Keluarga'

“Iya. Kita tanya, lu percaya satu putaran? Enggak. Nah lu enggak, gue enggak. Gitu aja. Karena gini lho, ini kan ada opini publik, dibangun lewat survei, kemudian diglorifikasi satu putaran, kemudian survei yang harusnya memotret realitas tapi ini menggiring realitas opini yang ada,” tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Aldi Ginastiar
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: