Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Reni Yanita, menyebut bahwa pihaknya terus berupaya menumbuhkan wirausaha baru.
Ditjen IKMA pun telah menyediakan sejumlah program, salah satunya Santripreneur untuk menumbuhkan wirausaha di lingkungan pondok pesantren. Selain itu, ada pula program penumbuhan wirausaha di daerah tertinggal, perbatasan, terluar, dan wilayah pascabencana, serta program penumbuhan wirausaha yang bersinergi dengan kementerian dan lembaga lain.
Baca Juga: Menperin Sebut 2 Kebijakan Ini Bisa Bikin Industri Nasional Makin Meroket
“Program penumbuhan dan pengembangan WUB ini ditujukan bagi wirausaha yang baru merintis, maupun yang telah menjalankan usahanya agar dapat naik jenjang menjadi industri menengah atau industri besar,” ungkap Reni, dilansir dari siaran pers, Kamis (4/1).
Sepanjang 2023, Ditjen IKMA telah melatih sebanyak 28.802 WUB IKM. Dari angka tersebut, Ditjen IKMA telah memfasilitasi legalitas usaha bagi 6.744 WUB IKM. Sementara itu, melalui program Santripreneur, tercatat sebanyak 150 santri dari enam pondok pesantren yang telah menerima bimbingan teknis dan fasilitasi mesin hingga lat produksi. “Sehingga total santri yang dibina sejak tahun 2013 hingga saat ini sebanyak 10.924 santri dari 101 pondok pesantren,” ungkap Reni.
Reni juga menyampaikan, Ditjen IKMA tak henti mendorong wirausaha yang telah menjalankan bisnisnya agar terus berkembang melalui program akselerasi bisnis teknologi. Sejalan dengan program Making Indonesia 4.0, setiap tahun Ditjen IKMA melakukan penguatan dan pengembangan bisnis IKM start up, yaitu IKM yang mengedepankan inovasi produk dan pemanfaatan teknologi dalam proses bisnis mereka.
Baca Juga: Menperin Ungkap Isu yang Membayangi Perkembangan IKM di Indonesia
"Hingga Desember 2023, Ditjen IKMA telah memfasilitasi pengembangan IKM start up berbasis teknologi sebanyak 71 IKM, melalui program Indonesia Food Innovation, Indonesia Fashion and Craft Award, Startup4industry, Creative Business Incubator dan Inkubator Bisnis Teknologi Alas Kaki,” sebut Reni.
Bahkan, Ditjen IKMA berhasil mengkurasi sebanyak 2.153 IKM pangan yang terdaftar melalui program Indonesia Food Innovation 2023 dan menetapkan 40 peserta terpilih untuk mengikuti food camp selama satu bulan, demi peningkatan kapabilitas menuju IKM pangan modern.
Selain itu, Ditjen IKMA Kemenperin memberikan dana bantuan pemerintah untuk proyek implementasi teknologi senilai total Rp800 juta kepada 20 IKM startup. Selain akses pendanaan, Startup4industry juga memberikan akses kemudahan bahan baku bagi start up yang bergerak di bidang IoT melalui perjanjian kerjasama dengan PT. Advantech International dan PT. Eforel Cipta Utama.
Sementara itu, Ditjen IKMA turut melakukan pembinaan kepada IKM sektor fesyen dan kriya melalui Indonesia Fashion and Craft Award (IFCA) dan Creative Business Incubator (CBI). Sebanyak 13 nominator IFCA masuk ke tahap final dan mendapatkan pendampingan oleh mentor sesuai dengan bidang masing-masing.
Baca Juga: Dorong Industri Hilirisasi, Ekonom UI: Harus Berkeadilan dan Berkelanjutan
Melalui program Inkubator Bisnis Teknologi Alas Kaki yang dilaksanakan oleh Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), Ditjen IKMA juga telah melahirkan empat tenant industri alas kaki dan kulit setelah melewati proses pendampingan baik dari segi manajemen maupun kompetensi teknis.
“Melalui berbagai fasilitasi dari program di atas, IKM peserta berhasil menaikkan omset dan memperluas potensi pasar, baik nasional maupun ekspor. Penerapan teknologi dapat membantu menekan biaya operasional sehingga peningkatan produktivitas dan efisiensi proses produksi dapat dicapai oleh IKM,” papar Reni.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri
Advertisement