Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

SMRC Bongkar Janji Kampanye Paling Diminati, Ternyata...

SMRC Bongkar Janji Kampanye Paling Diminati, Ternyata... Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) buka suara terkait dengan sejumlah program-program yang dijanjikan oleh calon presiden-calon wakil presiden, misalnya terkait dengan program yang ditawarkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari Indonesia.

Prof. Saiful Mujani mengatakan Program 1 keluarga miskin, 1 sarjana dan perlindungan ibu dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menjadi program unggulan yang paling dianggap penting oleh masyarakat. Namun program-program ini kurang terasosiasi dengan calon presiden (capres) dan dan calon wakil presiden (cawapres) pengusungnya sehingga tidak memiliki efek elektoral signifikan. 

Baca Juga: Jokowi Tak Meng-endorse Ganjar, SMRC: Publik Menilai Tidak Pantas

Hal ini terkuak saat publik diminta mengurutkan tiga program yang paling dibutuhkan. Dari tiga program yang ditawarkan, 48 persen publik menilai program 1 keluarga miskin, satu sarjana berada di urutan pertama yang paling dibutuhkan. Yang menyebut tunjangan ibu hamil 32 persen makan siang dan susu gratis untuk anak sekolah 20 persen. 

“Per-program ini, jika ketiganya diadu, yang unggul di mata pemilih adalah program 1 keluarga miskin, 1 sarjana,” jelas Saiful, Kamis (11/1).

Pertanyaannya, lanjut Saiful, apakah masyarakat tahu siapa yang menawarkan program-program tersebut? Untuk program tunjangan ibu hamil, hanya 16 persen yang tahu program itu dari pasangan Anies-Muhaimin dan 84 persen yang tidak tahu. Dari 16 persen yang tahu program Anies-Muhaimin tersebut, 63 persen menyatakan yakin pasangan itu bisa mewujudkannya jika mereka terpilih menjadi presiden dan wakil presiden, 33 persen tidak yakin, dan 4 persen tidak menjawab atau tidak tahu.

“Walaupun ada 32 persen yang menyatakan program tunjangan ibu hamil itu penting dan dibutuhkan, tapi yang tahu bahwa program itu diusulkan pasangan Anies-Muhaimin hanya 16 persen,” jelas Saiful.

Karena itu Saiful menyatakan program ini tidak akan banyak punya efek. Walaupun banyak yang menyatakan program itu penting, namun yang tahu hanya sedikit. Karena itu, menurut Saiful, perlu ada kampanye atau sosialisasi mengenai program tersebut agar memiliki efek elektoral pada pasangan Anies-Muhaimin yang mengusungnya. 

“Debat saja tidak cukup. Mungkin perlu iklan yang lebih massif untuk program ini,” tambahnya.

Untuk program makan siang dan susu gratis untuk anak sekolah, hanya 25 persen yang tahu atau pernah mendengar bahwa pasangan Prabowo-Gibran memiliki program unggulan tersebut, selebihnya, 75 persen tidak tahu atau tidak pernah mendengar. Namun dari yang tahu, sebanyak 73 persen yakin Prabowo-Gibran mampu mewujudkan program tersebut jika mereka terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.

Minimnya pengetahuan publik tentang usulan program pasangan capres membuat aspek ini kurang bisa memiliki efek untuk menaikkan suara. Bahkan Saiful menyatakan bahwa efek debat kemungkinan tidak banyak berpengaruh.

“Mau ada debat atau tidak ada debat, pengaruhnya pada elektabilitas pasangan tidak signifikan. Walaupun publik merasa program seperti makan siang gratis itu penting, tapi jika mereka tidak mengetahui siapa yang mengajukan program tersebut, ya tidak banyak pengaruhnya,” ungkap Saiful. 

Menjadi lebih problematik karena hanya 20 persen masyarakat yang menganggap program makan siang gratis itu penting. Karena itu, mengharapkan dapat suara besar dari program tersebut akan memiliki kemungkinan yang kecil. 

Demikian pula dengan program Ganjar-Mahfud tentang 1 keluarga miskin, 1 sarjana. Walaupun program ini dibutuhkan oleh sekitar 48 persen warga, namun yang mengetahui bahwa pasangan Ganjar-Mahfud mengusulkan program tersebut hanya 17 persen, yang tidak tahun 83 persen. Dari yang tahu, sebanyak 62 persen menyatakan pasangan Ganjar-Mahfud akan bisa mewujudkannya jika mereka terpilih menjadi presiden dan wakil presiden, 35 persen tidak yakin, dan 3 persen tidak tahu atau tidak jawab.

Baca Juga: Anies Dilaporkan Soal Data Lahan Prabowo, JK: Jika Diperiksa, Minta Kesaksian Jokowi

“Apa yang Anda bisa harapkan dari janji-janji itu kalau masyarakat tidak tahu? Bahwa program 1 keluarga miskin, 1 sarjana sebagai program menarik, memang ya. Tapi siapa yang menawarkan ini? Masyarakat tidak tahu. Oleh karena itu, efek elektoralnya tidak diperoleh dari sini,” kata Saiful.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: