Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

SMRC Bongkar Janji Kampanye Paling Diminati, Ternyata...

SMRC Bongkar Janji Kampanye Paling Diminati, Ternyata... Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A

Saiful menegaskan bahwa debat pada akhirnya hanya menarik bagi kalangan tertentu dan mungkin untuk mereka yang sudah fanatik memilih calon atau pasangan tertentu. Mereka memilih bukan karena terpengaruh debat, mereka nonton justru karena sudah punya pilihan. Mereka menonton debat karena ingin melihat calon yang didukungnya keren atau tidak dalam debat. 

“Karena itu, debat tidak memiliki nilai elektoral,” ungkapnya.

Baca Juga: Urusi Format Debat Capres, Kubu Anies-Muhaimin Cium Ketidaknetralan Jokowi

Selanjutnya dalam perbandingan tiga program lain, ada 47 persen publik menjadikan program perlindungan ibu dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai program yang paling dibutuhkan, kartu anak sehat untuk menekan angka stunting 37 persen, dan pendampingan 1000 hari pertama kelahiran 16 persen. 

Saiful menjelaskan bahwa program perlindungan ibu dari KDRT adalah gagasan yang menurut publik menarik. Ada banyak isu perempuan, menurut Saiful, tapi salah satu isu yang kongkrit dan banyak dirasakan oleh masyarakat adalah kasus KDRT. Bahkan isu ini dianggap paling penting bukan hanya oleh perempuan (48%), melainkan juga laki-laki (47%). 

“Laki-laki juga memiliki kepedulian pada KDRT, walaupun yang melakukan KDRT umumnya adalah laki-laki,” kata Saiful. 

Namun ketika ditanya apakah tahu atau pernah mendengar bahwa pasangan Anies – Muhaimin memiliki program unggulan berupa perlindungan ibu dari KDRT, hanya 12 persen yang menjawab ya, selebihnya, 88 persen, menjawab tidak. Sementara dari yang tahu, 76 persen menyatakan yakin Anies-Muhaimin bisa mewujudkan hal tersebut jika terpilih, 21 persen tidak yakin, dan 3 persen tidak jawab.

Saiful menjelaskan bahwa program perlindungan ibu dari KDRT dianggap penting oleh publik, tapi umumnya tidak mengetahui bahwa program ini berasal dari pasangan Anies – Muhaimin. Seharusnya, menurut dia, program semacam ini disosialisasikan dengan massif karena potensial bisa mendongkrak suara.

Sementara yang mengetahui bahwa Prabowo – Gibran memiliki program unggulan Kartu Anak Sehat sebesar 20 persen. Dari yang tahu, 83 persen yakin pasangan tersebut bisa mewujudkannya jika terpilih, 15 persen tidak yakin, dan 2 persen tidak jawab.

Adapun program 1000 hari pertama kelahiran, hanya 12 persen yang tahu program tersebut diusung oleh pasangan Ganjar - Mahfud. Dari yang tahu, 67 persen yakin pasangan ini akan mampu mewujudkannya jika terpilih, 31 persen tidak yakin, dan 2 persen tidak tahu.

Secara keseluruhan, kata Saiful, ada sejumlah program yang sangat penting di mata pemilih. Namun program-program tersebut tidak cukup teridentifikasi dengan pasangan calon presiden tertentu. Karena itu, program-program tersebut tidak bisa banyak membantu untuk mendongkrak elektabilitas pasangan Capres yang mengusungnya. 

“Mengidentifikasi masalahnya sudah bisa. Tapi mengambil masalah itu sebagai program unggulan dia dan dikenal oleh publik, itu menjadi persoalan yang lain,” pungkasnya. 

Adapun populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih sampel secara random (multistage random sampling) 2500 responden dengan jumlah proporsional menurut provinsi. Untuk keperluan analisis dilakukan oversampel di 8 provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi Selatan) masing-masing menjadi 420 responden, sehingga total sampel menjadi 4540 responden.

Baca Juga: Kritik Pembangunan Jokowi, Anies: Ekonomi Tumbuh, Penerapan Tenaga Kerja Minim

Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid dan tidak ada aparat saat proses wawancara) sebesar 3555 atau 78%. Sebanyak 3555 responden ini yang dianalisis. Pembobotan data dilakukan sedemikian sehingga profil demografi sampel yang dianalisis menjadi proporsional terhadap populasi dari sisi wilayah, gender, kelompok umur, agama, etnisitas, dan pendidikan. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 2.0% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi stratified random sampling). Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Waktu wawancara lapangan 29 November– 8 Desember 2023.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: