Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonom Mukhaer sebut ICOR Indonesia Semakin Tinggi, Semakin Tidak Efesien

Ekonom Mukhaer sebut ICOR Indonesia Semakin Tinggi, Semakin Tidak Efesien Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekonom Dr Mukhaer Pakkanna menyatakan di masa rezim Jokowi terjadi entropi ekonomi yang bercirikan pada ekonomi biaya tinggi dan korupsi.

Mukhaer menyatakan, dalam Entropi Ekonomi ada ketidakteraturan sistem yang membuat birokrasi tak efisien dan tak efektif,  sehingga membuat 'mesin' ekonomi berjalan semakin tidak teratur.

"Kondisi itu membuat ekonomi tidak produktif. Saya sering mengandaikan, bila sebuah mesin motor mengonsumsi 1 liter bensin bisa menempuh 1 kilometer, karena sistem tidak teratur maka dengan 1 liter bensin bisa sampai 6 kilometer," papar Mukhaer dalam Podcast Narada Syndicate yang dipandu oleh aktivis Kusfiardi, baru-baru ini.

Kader Muhammadiyah itu melanjutkan, analogi tersebut bila dimasukkan dalam konteks ekonomi politik, bermakna ada yang rusak di dalam sistem.

Kerusakan itu, sambung Rektor Institut Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) tersebut, tampak dalam Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio antara output dengan input.

"Yang tampak sekarang, adalah input banyak yang masuk, namun output sedikit," ujar Mukhaer, 

"ICOR Indonesia itu 7,5, sedangkan negara-negara Asia Tenggara ICOR nya rata-rata 3,5," papar Mukhaer.

Artinya, sambungnya, semakin tinggi ICOR semakin tidak efisien pula perekonomian. Karena tingginya biaya yang dikeluarkan, hanya membuahkan hasil yang rendah.

"Kenaikan ICOR iƙani terjadi terutama di periode kedua pemerintahan Jokowi. Yang artinya, ekonomi semakin tidak efisien di periode kedua ini," ungkap Mukhaer.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: