Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Panas Disinggung dalam Debat Cawapres, Begini Sorotan Peneliti Soal Food Estate

Panas Disinggung dalam Debat Cawapres, Begini Sorotan Peneliti Soal Food Estate Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peneliti Senior Departemen Ekonomi CSIS Indonesia Deni Friawan menyoroti soal Food Estate yang jadi pembahasan dalam Debat Cawapres yang berlangsung Minggu (21/1/24). Adapun tema debat yang diusung adalah Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa.

Deni menilai adanya food estate didasari terbatasnya lahan di Indonesia untuk kebutuhan pangan yang menurutnya saat ini terfokus pada pulau Jawa, karenanya butuh perluasan layaknya yang dilakukan saat ini dengan Food Estate.

Hanya saja ia menegaskan membuka lahan bukan artinya melakukannya dengan serampangan dengan membabat habis hutan-hutan dengan klaim bakal dijadikan lahan penghasil pangan.

“Jawa lebih subur dari pulau lain, perluasan tanah diperlukan, tapi jawabannya bukan food estate semata-mata, misalnya buka hutan yang serampangan,” jelasnya dalam “CSIS Media Briefing: Menanggapi Debat Keempat Capres-Cawapres” yang diselenggarakan pada Senin (22/1/24).

Baca Juga: Peneliti Heran Gibran bin Jokowi Mau Cabut IUP Tambang Ilegal: 'Kalau Ilegal Bagaimana Cabutnya?'

Deni juga menyoroti lahan atau tanah food estate yang tergolong gambut yang tak cocok untuk dijadikan lahan pertanian.

Pembabatan dengan dalih Food Estate di lahan gambut menurutnya sama saja dengan pembukaan lahan layaknya jaman Presiden Soeharto.

“Bagaimana kita mau melakukan food estate pertanian yang baik kalau tanahnya tanah gambut, itu kayak jaman Pak Harto dulu pembukaan lahan. Mau dikasih pupuk sebanyak apa pun kalau tanah gambut butuh urea berapa banyak?,” ungkapnya.

Deni juga menyinggung ramai pemberitaan termasuk laporan Walhi soal kegagalan Food Estate yang tadinya menanam singkong namun panennya dalam bentuk jagung.

Penanaman tersebut juga bukan di tanah yang disiapkan melainkan menggunakan media lain seperti Pollybag yang kini juga ramai dipertanyakan publik.

“Kita bisa lihat laporan WALHI, memperlihatkan rencananya tanam singkong tapi nggak berhasil ya bagaimana mau berhasil tanamnya di lahan gambut. Diubah jadi lahan jagung tapi pakai planter bag bukannya tanah,” jelasnya.

Media tanam menggunakan selain tanah menurut Deni merupakan solusi dari gagalnya tanah Food Estate jadi lahan produksi pangan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: