Lithium Ferro Phosphate (LFP) tengah ramai diperbincangkan setelah Debat Pemilihan Presiden (Pilpres) keempat Minggu (21/1/2024).
Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi mengatakan, LFP memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan nikel sebagai bahan baku utama pembuatan baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV).
"Dari segi harga baterai mobil listrik yang menggunakan nikel harganya mahal, komponen termahal di kendaraan listrik itu ada di baterai yang menggunakan nikel, jadi harganya lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan LFP," ujar Fahmy saat dikonfirmasi Wartawan Ekonomi, Kamis (25/1/2024).
Fahmy menyebut, faktor lainnya adalah mengenai kualitas daripada baterai dengan bahan baku LFP lebih unggul jika dibandingkan dengan baterai berbahan baku nikel.
Baca Juga: Bukan Tesla, Pengguna Terbesar LFP Terbesar Raksasa Kendaraan Listrik Asal China
Ketiga LFP ini semacam hasil inovasi, sehingga itu barangkali itu sebagai produk inovasi maka itu berpotensi dikembangkan terus menerus.
"Kedepan komponen bisa lebih murah dan kualitas bisa lebih baik. Sehingga akan jadi ancaman bagi nikel sebagai komoditas utama baterai listrik," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, Mantan Menteri Perdagangan era Jokowi dan SBY, Muhammad Lutfi angkat bicara terkait hal tersebut dan membeberkan bila sekitar 95% LFP diproduksi di China. Pengguna LFP terbesar atau mencapai 50% merupakan raksasa kendaraan listrik asal China yakni BYD, sementara Tesla hanya menyerap sebesar 15%.
“IEA mencatat sekitar 95% LFP diproduksi China. Pabrikan mobil listrik asal negara yang sama, BYD, mendominasi penggunaan LFP hingga 50% dari total permintaan tersebut. Sementara, Tesla berkontribusi sebesar 15% dari total permintaan,” ungkap Lutfi, dalam unggahannya di akun Tiktoknya, Selasa (23/1/2024).
Baca Juga: Toyota Tegaskan Mobil Konvensional Tidak akan Mati, dan Mobil LIstrik Hanya Ambil 30% Pangsa Pasar
Menurutnya, produsen baterai masih memilih nikel untuk material bahan baku kendaraan listrik dibandingkan dengan LFP. Lutfi menyebut ada beberapa kelemahan LFP dibandingkan dengan Nikel.
“Karena nikel itu lebih energy dense, bisa muat lebih banyak energi, lebih kecil, dan lebih ringan juga. Kinerja baterai LFP bisa menurun hingga 60% di cuaca dingin. Baterai LFP bisa mati suhu di bawah -10% bahkan,” jelas Luthfi.
Adapun, penggunaan LFP dan nikel ramai dibicarakan karena Gibran karena menilai pasangan nomor urut 2 pada pilpres 2024 tersebut kerap kerap menggaungkan Tesla menggunakan LFP dan tak memakai nikel yang merupakan material baterai mobil listrik yang banyak dihasilkan Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement