Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penuhi Kualifikasi Seorang Pemimpin, Pengamat Politik Internasional Sebut Anies Baswedan 'Terlambat' Jadi Presiden

Penuhi Kualifikasi Seorang Pemimpin, Pengamat Politik Internasional Sebut Anies Baswedan 'Terlambat' Jadi Presiden Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat politik internasional Teguh Santosa blak-blakan menyebut Anies Baswedan sebenarnya terlambat menjadi seorang presiden.

Menurutnya, pemimpin Indonesia ke depan harus tangguh dan proaktif menjawab berbagai tantangan Internasional. Figur ini dinilai dimiliki calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan.

"Anies ini terlambat jadi presiden, walau sesungguhnya tidak ada kata terlambat," kata Teguh dalam acara peluncuran buku "Anies Baswedan The Rising Star" karya Samsul Muarif di Markas Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin (Timnas Amin), Jalan Diponegoro 10, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (29/1/24).

Teguh berandai-andai jika saja Anies telah menjadi presiden sejak 2019 lalu, maka menurutnya mungkin saja Ukraina tak akan diserang Rusia atau mungkin yang menyatukan Iran dan Arab Saudi bukan Cina, tetapi Indonesia.

Hal itu Teguh sampaikan karena menurutnya kualifikasi pemimpin yang dibutuhkan masyarakat dunia saat ini adalah sosok yang bisa menjadi pemain tengah. Anies dinilainya masuk kriteria itu lantaran masuk dalam daftar 100 intelektual publik dunia.

Baca Juga: Kampanye di Tegal-Brebes, Anies Baswedan Tegaskan Komitmen Aktifkan Kembali Perekonomian Pantura

"Kalau sekarang Indonesia jadi pemimpin G-20 atau ASEAN itu hanya giliran. Baru hebat misalnya kalau pertemuan dialog Kim Jong-un dan Donald Trump terjadi di Indonesia," jelasnya.

"Orang hanya bisa jadi pemain tengah kalau dia punya nilai sehingga dia tidak bisa ditarik ke atas, tidak bisa ditarik ke bawah," tegas Teguh yang juga Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).

Dosen Hubungan Luar Negeri Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah ini menambahkan, dengan situasi seperti sekarang ini, Presiden Indonesia ke depan tidak boleh sembarangan.

"Orang seperti apa yang dibutuhkan dunia untuk bisa bermain di situasi seperti itu, ya bukan orang yang kaleng-kaleng," cetus Teguh. "Tapi orang yang punya karakter, orang yang punya rekam jejak, orang yang punya rekam karya, orang yang mendapat pengakuan, karena itulah yang dibutuhkan."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto

Advertisement

Bagikan Artikel: