- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Indonesia Andalkan LNG di Era Transisi Energi, Infrastruktur Harus Disiapakan

"Ini yang kita bilang bisnis gas Indonesia shifting dari gas pipa Blok Corridor, Sumatera Selatan yang selama ini menjadi sumber pasokan selama bertahun-tahun untuk wilayah Jawa Barat, shifting ke LNG. di tahun 2024 ini PGN juga sudah mulai menggunakan LNG sebagai pasokan untuk sektor industri, sementara PLN sudah pakai LNG sejak tahun 2012 saat beroperasinya FSRU Nusantara Regas,” ujar Bayu.
Dengan komitmen untuk penurunan emisi, kebutuhan pembangkit gas akan terus meningkat dimasa yang akan datang, selain itu tambahan demand tambahan seperti smelter juga akan segera masuk. “Siap atau tidak, shifting dari gas ke LNG sudah dimulai, perubahan bisnis gas Indonesia ke depan akan jadi LNG business.”
Di sisi lain terdapat hambatan berupa keterbatasan infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur untuk menerima LNG dari Indonesia Bagian Timur yang memiliki banyak sumber gas belum cukup memadai.
"Kalau kita lihat di jawa dan sumatera selatan saat ini hanya hanya ada tiga receiving terminal yang memiliki keterbatasan dari sisi kapasitas penyimpanan dan juga kemampuan regasifikasinya. Ke depan perlu ada peningkatan kapasitas fasilitas regasifikasi di Jawa Barat agar dapat memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut" ungkap Bayu.
Edi Armawiria, Executive Committee IGS, menuturkan pengembangan bisnis gas bumi harus mempertimbangan sinergi Supply, Demand, dan Infrastruktur dan ujungnya adalah harga yang dihasilkan melalui supply chain cost.
"Konsep sinergi ini memperhatikan pertumbuhan demand sesuai target dan rencana dari sektor pengguna," kata Edi.
Untuk memenuhi kebutuhan demand tersebut, penyediaan supply dengan menggunakan infrastruktur paling efektif dan efisien menjadi pertimbangan utama, sehingga dapat memenuhi target beragam willingness to pay dari sektor pengguna.
Menurut Edi, optimalisasi portfolio supply dan infrastruktur dengan konsep agregasi komoditas dan integrasi infrastruktur, merupakan terobosan yang diperlukan untuk mendukung cost efficiency penyediaan gas bumi di Indonesia.
"Sinergi antarsektor pengguna dari listrik, refinery, smelter, industri, dan lainnya dengan aggregator termaksud dalam merencanakan pembangunan fasilitas menjadi faktor utama keberhasilan pengembangan bisnis gas," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement