Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dituduh Sebagai Penjajahan Gaya Baru, E-Commerce China Mengancam Usaha Lokal?

Dituduh Sebagai Penjajahan Gaya Baru, E-Commerce China Mengancam Usaha Lokal? Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Entah fakta atau hanya sebatas tuduhan, tetapi sudah sangat jelas bahwa China sedang menyalakan "mesin perang" ekonominya melalui e-commerce dan bersiap untuk menguasai ekonomi domestik negara lain.

China telah membuktikan dominasinya di pasar e-commerce. Berdasarkan data terbaru dari Asia Link Bisnis, terdapat sekitar 632 juta pengguna internet di China yang menjadikan pasar e-commerce negara ini sebagai pasar terbesar dan dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Penjualan via e-commerce di China kini mencapai 3,2% dari PDB Tiongkok, jauh melampaui kontribusi e-commerce terhadap PDB Amerika Serikat yang hanya 2,7%.

Jumlah pembeli online di China terus meningkat, dengan penjualan e-commerce pada tahun 2020 mencapai 840 miliar dolar Amerika Serikat. Dengan keberhasilan ini di pasar domestik, China bersiap merambah pasar internasional dengan berbagai platform e-commerce andalannya yang mulai diminati di negara-negara lain.

Salah satu contoh adalah TikTok Shop, aplikasi yang dimiliki oleh ByteDance dari China. TikTok telah menjadi fenomena di Indonesia, sehingga sempat dikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif pada ekonomi lokal. Pemerintah Indonesia akhirnya menutup operasional TikTok Shop dengan alasan perizinan e-commerce. Meski TikTok Shop sudah tidak ada, pengguna TikTok masih bisa berbelanja melalui Tokopedia, platform e-commerce lainnya.

Selain TikTok, platform e-commerce China lainnya yang juga siap masuk ke pasar internasional termasuk SHEIN, Temu, dan AliExpress. Platform-platform ini menawarkan berbagai produk China dengan harga sangat murah, yang tentunya menjadi tantangan besar bagi pelaku usaha lokal di negara-negara tujuan.

Baca Juga: Bytedance PHK Pegawai E-Commerce, Imbas Merger?

China mengimplementasikan taktik penjualan lintas batas (cross-border) melalui e-commerce untuk mendatangkan pendapatan baru. Dengan harga produk yang sangat miring, China berusaha menguasai pasar internasional. Pemerintah China juga mendukung upaya ini dengan menambah gudang dan fasilitas di negara-negara tujuan, serta meningkatkan manajemen data dan jalur ekspor.

Pertanyaannya adalah, apakah pelaku usaha domestik siap menghadapi kondisi ini?

Usaha lokal harus siap berkompetisi secara langsung dengan produk-produk China yang dikenal murah. Pemerintah Indonesia juga perlu bijak dalam mengeluarkan regulasi agar iklim bisnis yang adil dapat terwujud, baik bagi pelaku usaha asing maupun domestik. Hanya dengan kebijakan yang tepat, perekonomian Indonesia dapat terus tumbuh dan mengikuti kemajuan zaman.

Penjajahan gaya baru melalui e-commerce menunjukkan bahwa persaingan global semakin ketat. Pelaku usaha lokal harus bersiap menghadapi tantangan ini dengan inovasi dan kualitas produk yang mampu bersaing.

Di sisi lain, pemerintah harus memastikan regulasi yang mendukung iklim bisnis yang sehat dan kompetitif. Hanya dengan demikian, perekonomian bangsa dapat berkembang dan menghadapi gelombang globalisasi dengan mantap.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: