Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sekaligus Plt Direktur Kemitraan BPDPKS, Kabul Wijayanto, menjelaskan beberapa tantangan dalam industri kelapa sawit. Salah satunya adalah permintaan akan minyak sawit makin naik, namun output yang dihasilkan mengalami penurunan. Masalah tersebut dikhawatirkan bisa menjadi bom waktu bagi Indonesia nantinya.
“Dengan permasalahan produktivitas yang semakin menurun, akan menimbulkan ketidakcukupan dalam memenuhi permintaan minyak sawit baik untuk ekspor maupun pemenuhan konsumsi dalam negeri itu sendiri,” jelas Kabul dalam seminar sawit series bertajuk Menakar Keseimbangan Produksi CPO untuk Kebutuhan Domestik & Ekspor: Urgensi dan Tantangannya yang digelar oleh Warta Ekonomi dan APKASINDO, di The Sultan Hotel Jakarta, Rabu (19/6/2024).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh BPDPKS, diketahui kinerja demand akan minyak sawit baik untuk ekspor maupun pemakaian dalam negeri terus meningkat. Seperti tahun 2018, konsumsi minyak sawit sebesar 41,83 juta ton, kemudian meningkat di tahun 2023 menjadi sebesar 49,17 juta ton.
Maka dari itu, dengan permasalahan produktivitas yang kian menurun, dikhawatirkan akan menimbulkan ketidakcukupan dalam memenuhi permintaan minyak sawit baik untuk ekspor maupun pemenuhan konsumsi dalam negeri.
Baca Juga: BPDPKS dan Kementan Kolaborasi Genjot Realisasi Peremajaan Sawit Rakyat
“Di tahun 2045, proyeksi produksi akan meningkat sebesar 86,51 juta MT sedangkan demand minyak sawit juga turut mengalami kenaikan untuk ekspor sebesar 33,19 juta MT. Sementara kebutuhan dalam negeri untuk pangan sebesar 15,34 juta MT, untuk energy biodiesel (B35) sebesar 22,4 juta MT. sedangkan jika B100 menjadi 40,12 juta MT,” kata Kabul.
Kemudian, sambung Kabul, untuk kebutuhan oleochemical sebesar 10,68 juta MT sehingga total kebutuhan demand minyak sawit sebesar 81,61 juta MT.
Maka dari itu, menurut penjelasan Kabul, BPDPKS berkomitmen memberikan pendanaan kegiatan yang mendukung terwujudnya industri kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan. Khususnya dalam peningkatan produktivitas, maupun dalam dukungan penyerapan minyak sawit hilirisasi.
Meskipun menghadapi beberapa tantangan, namun BPDPKS telah menerapkan beberapa program yang mendukung kemajuan dan keberlanjutan sawit nasional. Salah satunya adalah intensifikasi dan ekstensifikasi, pemberian benih, pupuk dan pestisida yang baik bagi para petani, dan lain sebagainya.
“Kita harus support semua pihak. Khususnya jalur kemitraan. Dalam hal ini, BPDPKS juga mempunyai rencana strategi bisnis, serta mendukung terkait dengan peta panduan untuk sawit nasional menuju Indonesia emas 2045,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement