Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rp5.000 Triliun dalam 2 Dekade, Industri Hulu Migas Jadi Penyumbang Kas Terbesar Kedua

Rp5.000 Triliun dalam 2 Dekade, Industri Hulu Migas Jadi Penyumbang Kas Terbesar Kedua Kredit Foto: Screenshot
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyebut selama dua dekade terakhir industri hulu migas sukses menyumbangkan Rp5.000 T (triliun) penerimaan negara. Atas sumbangsih ini, industri hulu migas diplot sebagai penyumbang pendapatan negara terbesar kedua setelah pajak. Hal ini ia ungkapkan pada peringatan 22 Tahun Mengelola Hulu Migas di di Gedung City Plaza Jakarta, (16/07/2024). 

”Jadi tugas kita melanjutkan perjuangan itu. Selama 20 tahun terakhir industri hulu migas telah menjadi penyumbang kedua terbesar penerimaan negara setelah pajak dengan total kontribusi Rp5.000 triliun,” ungkap Dwi Soetjipto.

Baca Juga: SKK Migas Kebut 1 Juta Barel Minyak dan 12 Miliar Kubik Gas Per Hari

Dwi Soetjipto menyebut di tahun 2023 industri hulu migas terus menunjukkan kontribusinya dengan sukses menyetor penerimaan negara sebesar Rp219 T dan memasuki semester pertama 2024 jumlahnya sudah mencapai Rp114 T.

Selanjutnya, jika dilihat dari pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) aset yang dikelola oleh sektor migas jumlahnya mencapai Rp1.014 T atau 7,6% dari total aset negara.

”Jadi, sementara itu industri juga berhasil menciptakan efek multiplier yang signifikan melalui penerapan tingkat kandungan dalam negeri yang mencapai Rp76,5 triliun pada tahun 2023 dan penyediaan lapangan kerja untuk 150 ribu pekerja,” lanjut Dwi Soetjipto.

Dia optimis industri hulu migas tetap dinamis kedepan. Apa lagi sektor ini akan menjadi jembatan penting dalam upaya RI menjalankan transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT).

Untuk mendukung kebutuhan energi migas tersebut Dwi Soetjipto mengungkapkan, hingga tahun 2029 terdapat 138 rencana pelaksanaan proyek hulu migas. Guna mengakselerasi proyek ini dibutuhkan total investasi Rp543 T.

”Kebetulan kita dalam posisi yang harus berjuang lebih berat lagi untuk bisa meningkatkan dan mencapai long term planning yang kita sama-sama telah disepakati yakni satu juta barel oil per hari minyak dan dua belas billion kubik per hari gas,” sambung Dwi Soetjipto.

Kesemua proyek itu merupakan bagian dari 4 strategi Long Term Planning (LTP) yang ditetapkan SKK Migas. 4 Strategi itu antara lain, Improving Existing Asset Value, Resource to Production (R to P), Enhanced Oil Recovery (EOR), dan exploration.

Baca Juga: Wejangan Bos SKK Migas buat IKA ITS: Mari Berkontribusi Bagi Kemajuan Industri Nasional

”Kebutuhan akan migas diharapkan akan terus meningkat secara volume. Peningkatan ini terutama karena migas masih sangat dibutuhkan tidak hanya untuk energi tapi juga sebagai bahan baku atau feedstock bagi industri petrokimia. Selain itu produksi gas diharapkan akan semakin dominan di masa depan, mengingat gas merupakan sumber energi transisi yang penting menuju era energi baru dan terbarukan,” tutup Dwi Soetjipto.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: