Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

PDIP: Tanpa Kudatuli, Tak Ada Kesempatan 'Wong Cilik' Jadi Pejabat Tinggi

PDIP: Tanpa Kudatuli, Tak Ada Kesempatan 'Wong Cilik' Jadi Pejabat Tinggi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) mengepalkan tangan saat berpidato dalam penutupan Rakernas III PDI Perjuangan di Jakarta, Kamis (8/6/2023). Rakernas III PDI Perjuangan menghasilkan 17 rekomendasi eksternal diantaranya mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam memberantas kemiskinan ekstrim dan stunting, mewujudkan kedaulatan pangan dan energi, menginstruksikan kader untuk memenangkan Ganjar Pranowo dalam Pilpres 2024 serta mendorong Pemilu dan Pilpres berjalan jujur dan adil. | Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memperingati 28 tahun peristiwa serangan kantor DPP Partai PDI pada 27 Juli 1996 alias Peristiwa Kudatuli. Acara peringatan ini digelar dengan menampilkan teatrikal berjudul 'Kudatuli 27 Juli, Kami Tidak Lupa' di depan kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Sabtu (27/7/2024).

PDIP menampilkan aksi teatrikal yang melibatkan ratusan pemuda mengenakan kaus merah dan ikat kepala merah, menyerbu kantor DPP PDIP. Mereka menampilkan aksi penyerangan dengan alat peraga seperti kayu dan batu, mengoyang-goyangkan pagar kantor partai, dan melempari kantor dengan batu.

Baca Juga: Jika PDIP Tiba-tiba Dukung Anies-Sohibul, Ini yang Akan Terjadi

"Ini merupakan reka ulang kejadian pada 27 Juli 1996. Kami tidak ingin membangkitkan luka, namun ingin merawat ingatan yang mungkin masih traumatik bagi sebagian orang,” kata Kepala Badan Sejarah PDI Perjuangan, Bonnie Triyana.

Bonnie menegaskan bahwa mungkin tidak akan ada reformasi 1997-1998, pemilihan presiden secara langsung, dan kesempatan bagi seseorang dari keluarga sederhana untuk menjadi pejabat tinggi jika tidak ada Peristiwa Kudatuli.

“Tanpa peristiwa 27 Juli 1996, mungkin tidak akan ada reformasi 1997-1998; mungkin tidak akan ada pemilihan presiden secara langsung. Juga tidak ada kesempatan buat seseorang bermimpi menjadi pejabat tinggi walau dari keluarga sederhana,” tutur Bonnie.

Sebagai informasi, peristiwa Kudatuli terjadi ketika massa pendukung PDI kubu Soerjadi bersama sejumlah orang yang diduga aparat menyerang kantor DPP PDI yang ditempati massa pendukung PDI kubu Megawati Soekarnoputri.

Upaya penyerangan itu didukung oleh pemerintahan Orde Baru untuk menggulingkan kepemimpinan Megawati dari kantor pusat PDI. Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, khususnya di kawasan Jalan Diponegoro dan Salemba, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Tak Sebut Nama Anies Baswedan, PDIP dan PKB Bentuk Tim Khusus untuk Berkoalisi di Pilkada 2024

Menurut hasil penyidikan Komnas HAM, sebanyak lima orang massa pendukung Megawati tewas, 149 orang terluka, dan 23 orang hilang. Pemerintah saat itu menuduh aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) sebagai penggerak kerusuhan dan memburu serta menjebloskan para aktivis PRD ke penjara. Peristiwa ini dikenal sebagai penyerangan 27 Juli, Kudatuli, atau Sabtu Kelabu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: