Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berani Bangun Usaha di Era Digital? Pahami Juga Etika hingga Keamanan Siber

Berani Bangun Usaha di Era Digital? Pahami Juga Etika hingga Keamanan Siber Kredit Foto: Astra Life
Warta Ekonomi, Jawa Tengah -

Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan kegiatan chip-in mengenai penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024 untuk segmen komunitas di wilayah Jawa Tengah dengan tema "Berani Bangun Usaha di Era Digital" pada Sabtu (3/8/2024).

Kali ini hadir pembicara program kegiatan chip-in Literasi Digital #MakinCakapDigital di tahun 2024 yang ahli di bidangnya untuk berbagai bidang antara lain Bevaola Kusumasari yang merupakan Sekjen IAPA dan Dosen Senior Departemen Manajemen & Kebijakan Publik Fisipol UGM, Djaka Dwiandi seorang Desainer & Fotografer, serta Iponk Sosronadi Goenturmadu dari Yogyakarta Vintage T-Shirt Enthusiast.

Baca Juga: Tingkatkan Kapasitas Digital UMKM, Kominfo Terapkan Dua Program Ini

Survei terbaru dari We Are Social dan Kepios 2022 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya, kini bahkan mencapai 204 juta pengguna atau sudah digunakan oleh 73,7 persen penduduk Indonesia. Sejumlah 80,1 persen penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi dan dapat menghabiskan waktu 8 jam 36 menit dalam satu hari menggunakan internet.

Dengan fakta itu, peluang untuk membangun usaha di ranah digital kian mudah, salah satunya yang diungkap Iponk Sosronadi Goenturmadu dari Yogyakarta Vintage dan T-Shirt Enthusiast. "Bisa dikatakan kaus vintage ini segmented, tidak semua orang paham. Hanya penggemar dan kebanyakan produk ini masuk dalam kategori kolektor dan komunitas," ungkap Sosronadi.

Namun seiring waktu penggemar kaus vintage bertambah karena maraknya public figure yang memburunya. Keunggulan dari sisi orisinalitas membuat jika ingin membuat usaha ini, pemilik brand untuk mengulik produk dan menjalin relasi sesama seller di ruang digital karena memang pemasaran kaus ini menggunakan berbagai macam media sosial yang sangat umum.

"Tantangannya penerapan kreativitas dan inovasi pemasaran ini lebih ke komunitas yang memanfaatkan ruang digital untuk menjadi media jual beli," katanya lagi.

Adapun mengenai fast fashion dengan produksi kaus yang terus-menerus, kaus vintage juga bisa didapat dengan cara lelang di virtual flea, karena bahkan orang awam akan berpikir bahwa kaus vintage memiliki "value" berbeda. Tapi Iponk mengatakan bahwa penguatan jejaring di komunitas termasuk lewat digital adalah cara yang membuat usaha kaus vintage bisa terus eksis.

Terkait dengan mempromosikan usaha di ruang digital, Bevaola Kusumasari mengatakan pemilik brand harus menaati etika digital. "Etika dan batasan dalam membuat konten promosi digital sangat penting bagi UMKM," katanya di kesempatan yang sama.

Secara etis, penerapan etika bisnis saat memasarkan produk di media sosial antara lain harus transparan atau terbuka tentang sifat produk atau layanan yang ditawarkan dengan memberikan informasi produk secara lengkap dan akurat.

Baca Juga: Tiga Kebijakan Kominfo untuk Dorong Digitalisasi UMKM agar Naik Kelas

"Tunjukkan keaslian brand dan nilai-nilai yang dianut. Hindari menciptakan persona yang tidak mencerminkan realitas perusahaan atau produk," katanya memberi saran.

Kemudian Djaka Dwiandi menambahkan tentang keamanan digital saat bertransaksi atau berjualan online. Ia mencontohkan isu seperti kasus seperti phising, data leak, social engineering, malware, sampai account take over (pengambilalihan akun).

"Untuk mencegahnya, backup data berkala, gunakan jaringan aman, lakukan pembaruan perangkat lunak secara berkala, pantau dan audit data secara reguler, serta penggunaan fasilitas keamanan seperti otentifikasi dua faktor," paparnya.

Lebih lanjut ia mengatakan kesadaran akan keamanan siber sangatlah perlu bagi mereka yang mengembangkan bisnis secara digital. Diperlukan juga manajemen akses dengan mengatur dan membatasi akses ke data sensitif hanya untuk pegawai yang membutuhkan, serta membuat pelatihan prosedur respons cepat terhadap insiden keamanan.

"Sesi pelatihan berkala bisa dilakukan untuk memastikan pemilik usaha dan pegawai tetap up to date dengan ancaman dan praktik keamanan terbaru lewat seminar, workshop, webinar, atau e-learning tentang keamanan siber," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: