Kata ‘Malutik’ berasal dari bahasa setempat, yang artinya ‘grumbul’ atau dalam Bahasa Indonesia dimaknai bersatu.
“Kami bekerjasama dengan Pemkab Cilacap memberikan pelatihan pengelolaan tambak. Sedangkan Buntikku diberikan peningkatan kapasitas pengelolaan jerami menjadi makanan tradisional atau UKM,” lanjut Cecep.
Ketua Kelompok Buntikku, Sumiyati, menyambut antusias kegiatan pelatihan yang diinisiasi oleh Kilang Cilacap. “Ini menjadi wujud sinergi yang terjalin sangat baik selama ini. Kami yakin kegiatan ini bermanfaat untuk memberdayakan para mantan TKW untuk fokus pada potensi lokal sehingga tidak harus menjadi TKW lagi,” katanya.
Pokdakan dan Buntikku membentuk kawasan wisata terpadu Kampoeng Kepiting serta pengelolaan sampah oleh Bank Sampah Abhipraya. Sampah organik dikembangkan untuk budi daya magot dan kompos yang bernilai ekonomis.
Sedangkan sampah anorganik dipilah kembali untuk dimanfaatkan ulang, antara lain menjadi cacahan plastik yang bisa dijual kembali dengan harga lebih tinggi, serta pembuatan paving block. Selain meningkatkan perekonomian Masyarakat, bank sampah menjadi upaya merawat lingkungan tetap bersih.
Kawasan Kampoeng Kepiting dikembangkan dengan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 6,6 kilowatt peak (kWp) untuk menyuplai kebutuhan listrik di area wisata dengan energi baru terbarukan.
Kehadiran PLTS tersebut mampu menurunkan emisi karbon sebesar 8.580 kilogram setara CO2/tahun dan mampu menghemat konsumsi listrik sebesar Rp13 juta/tahun.
Program Mamaku yang terdiri atas Kelompok Pokdakan, Kelompok Buntikku dan Bank Sampah Abhipraya melibatkan sebanyak 40 orang.
Berdasarkan pengukuran dalam Kompas Keberlanjutan, ungkap Cecep, dampak Program Mamaku terhadap berbagai aspek cukup baik.
Pada aspek alam memberikan dampak antara lain mengurangi pencemaran lingkungan sebesar 195 ton/tahun atau 80,93%, mengurangi emisi pemanasan dari pengelolaan sampah anorganik sebesar 161,8526 ton/CO2/tahun dan mengurangi emisi karbon sebesar 8,580 kg CO2 setara/tahun dari penggunaan PLTS.
Pada aspek ekonomi program ini memberikan dampak antara lain omzet mencapai Rp44 juta/bulan dari kegiatan Kampoeng Kepiting, meningkatkan pendapatan Pokdakan dan Buntiku sekitar Rp4,35 juta/bulan, peningkatan pendapatan dari kegiatan pengelolaan sampah plastik Bank Sampah Abhipraya menjadi Rp3,8 juta /bulan dari pengelolaan sampah organik Rp3 juta per bulan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement