Kredit Foto: Istimewa
Subholding Perkebunan Nusanatra PTPN III (Persero) PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo menargetkan 60.000 hektare Peremajaan Sawit Rakyat hingga tahun 2026 nanti. PalmCo makin getol menggandeng semua petani sawit pasca aksi penggabungan. Perusahaan pengelola sawit terbesar di dunia ini tidak hanya menggandeng petani sawit plasma yang selama ini menjadi mitra binaan dengan pola single management saja, melainkan juga mendorong peremahaan sawit petani nonplasma melalui pola offtaker.
Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, menyebut jika pihaknya menjalankan 4 program dalam menjalin kemitraan bersama para petani sawit di Indonesia. Di antaranya pola single management, kemitraan swadaya atau offtaker, penyediaan bibit unggul bersertifikat kepada petani, hingga program pembinaan KUD.
Baca Juga: PASPI Ungkap Masalah Inti Produktivitas Kebun Sawit Rakyat
“Sejak tahun 2019, kemitraan kami dengan petani plasma melalui pola single management di mana Perusahaan yang mengatur budidaya perkebunan sawit milik petani, mulai dari tanam ulang, pemeliharan, hingga proses panen angkut olah, telah terbukti mampu membawa produktivitas petani binaan kita di atas rata-rata standar nasional,” kata Jatmiko dalam keterangan yang diterima Warta Ekonomi, Senin (12/8/2024).
Hal lainnya, sambungnya, adalah mampu menggerek penghasilan petani hingga menyentuh angka 5 sampai 7 juta perbulan dan saldo belasan miliar yang dikantongi oleh koperasi.
“Melalui pola offtaker, maka kita juga ingin petani-petani sawit nonplasma bisa memperoleh perlakuan yang sama dengan petani plasma binaan PalmCo. Harapannya produktivitas petani seluruhnya bisa di atas standar nasional dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan,” jelasnya.
Adapun pola offtaker yang dimaksud oleh Jatmiko yakni pola yang memungkinkan petani sawit swadaya bergabung dalam suatu kelompok semisal Koperasi ataupun Kelompok Tani untuk dapat menerima pengerjaan peremajaan sawit tua dengan best practices dari perusahaan.
Lebih lanjut, perusahaan juga tidak melepaskan diri begitu saja dari para petani. Pasalnya, mereka berkomitmen dalam mendampingi petani maupun kelembagaannya dalam budidaya sawit berkelanjutan serta memastikan TBS yang diproduksi diterima oleh pabrik-pabrik milik PalmCo dengan harga yang terbaik sesuai ketentuan.
Sebagai informasi, pada akhir Juni lalu, PalmCo menggelar tanam ulang pola offtaker di Langkat Sumatera Utara di lahan seluas 107 hektare. Total sawit yang diremajakan dari sisi total tanam ulang PalmCo saat ini dalam menuju 60 ribu hektare di tahun 2026 yang nantinya bisa menyentuh hampir 9.700 Ha.
Kegiatan Tanam Ulang turut dihadiri Direktur Kelapa Sawit dan Aneka Palma Ditjenbun Kementan RI Ardi Praptono, Kadiv Pemungutan Biaya dan Iuran CPO BPDPKS Ahmad Munir, Ketua ASPEKPIR Setiyono, serta forum koordinasi pimpinan daerah (Forkompinda) Provinsi Riau.
Di momen tersebut dilaksanakan pula penandatanganan perjanjian offtaker antara PTPN IV PalmCo dengan Gapoktan Bina Tani Makmur dan Koperasi Produsen Kusuma Bakti Mandiri seluas 782 Ha. Untuk jangka waktu perjanjian adalah satu siklus atau 30 tahun.
"Langkah-langkah ini telah membantu petani untuk mencapai potensi terbaiknya serta berkontribusi dalam ketahanan pangan serta energi nasional sebagaimana dengan program yang dicanangkan pemerintah," tutur Ardi Praptono dalam keterangan yang sama.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement