Sebagai produsen terbesar di dunia, industri minyak sawit Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan serius yang bisa memengaruhi pasokan global dan harga komoditas ini.
Dikutip dari businesstimes.com, Rabu (28/8/2024), ada beberapa faktor yang memengaruhi industri minyak sawit Indonesia, misalnya cuaca kering dan usia tanaman yang semakin tua, bisa memperburuk prospek produksi minyak sawit di tahun 2024.
Kondisi Cuaca Kering dan Dampaknya terhadap Produksi
Salah satu faktor kunci yang menentukan keberhasilan panen minyak sawit adalah cuaca. Pada tahun 2024, sekitar sepertiga dari wilayah utama penghasil sawit di Indonesia, termasuk Sumatera dan sebagian Kalimantan, mengalami curah hujan yang lebih rendah dari rata-rata curah hujan yang seharusnya.
Tren tersebut pun diperkirakan akan berlanjut dan dapat menyebabkan penurunan produksi hingga 5% dibandingkan dengan tahun 2023.
Rendahnya curah hujan tersebut menyebabkan pohon sawit menghasilkan lebih banyak bunga jantan yang tidak dapat menghasilkan buah segar dalam jumlah besar.
Hal tersebut pun mengakibatkan volume tandan buah segar yang lebih rendah sehingga menekan total produksi minyak sawit.
Usia Tanaman dan Dampak terhadap Produktivitas
Tantangan lain yang memengaruhi prospek sawit adalah usia tanaman yang semakin tua. Banyak perkebunan, khususnya petani kecil, memiliki tanaman yang telah berusia lebih dari 25 tahun.
Alhasil, pohon sawit yang telah berumur tersebut tentunya memiliki produktivitas yang jauh lebih rendah dengan produksi buah segar yang menurun hingga 700 kilogram per hektare. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di masa lalu, jumlah tersebut menurun. Pasalnya, periode tahun lalu bisa menghasilkan 830 kilogram.
Masalah usia tanaman yang tua ini pun juga membutuhkan perhatian khusus, terutama dalam hal peremajaan tanaman. Pasalnya, tanpa adanya upaya peremajaan yang signifikan, potensi penurunan produksi pun akan terus meningkat sehingga bisa mengancam posisi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Baca Juga: Prabowo Jelaskan Potensi Kelapa Sawit, Bersyukur Diboikot Eropa
Dampak pada Pasar Global
Penurunan produksi minyak sawit di Indonesia pun diperkirakan berdampak signifikan pada pasar global. Dalam tiga tahun terakhir, tercatat stok minyak sawit global mencapai level terendahnya. Hal yang sama juga terjadi pada Malaysia yang merupakan produsen terbesar kedua di dunia, juga menghadapi tantangan serupa akibat pohon tua dan kekurangan tenaga kerja.
Kondisi tersebut juga diperkirakan bakal memperketat pasokan global serta menjaga harga minyak sawit tetap tinggi.
Implikasi Ekonomi dan Strategi Masa Depan
Menurunnya produksi minyak sawit di Indonesia tidak hanya berdampak pada pasar global saja, melainkan juga pada perekonomian nasional.
Pasalnya, minyak sawit merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia, sehingga penurunan produksi ini dapat memengaruhi pendapatan negara.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pelaku industri untuk segera mengambil langkah-langkah strategis, termasuk peremajaan perkebunan dan penerapan teknologi pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement