Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sama-sama Dijegal di Pilkada DKI Jakarta, Perlakuan Publik pada Anies dan Ahok Beda

Sama-sama Dijegal di Pilkada DKI Jakarta, Perlakuan Publik pada Anies dan Ahok Beda Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pegiat media sosial Hasyim Muhammad menyoroti perbedaan perlakuan publik terhadap Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang sama-sama dijegal maju di pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2024.

Menurut Hasyim, publik berteriak Anies Baswedan dijegal untuk maju Pilkada DKI Jakarta 2024, sedangkan Ahok yang jelas dijegal PDIP yang merupakan partainya sendiri, tidak ada yang bersuara ataupun menuduh.

Baca Juga: Anies Sebaiknya Deklarasi Parpol pada 20 Oktober 2024

"Banyak orang teriak Anies dijegal istana supaya nggak maju Pilgub Jakarta. Tapi orang-orang diam ketika Ahok dijegal oleh parpolnya sendiri. Nggak ada yang nuduh PDIP jegal Ahok. Padahal itu jelas di depan mata. Ahok gubernur DKI terbaik. Tapi nggak diusung," ungkapnya, dikutip dari akun X pribadinya, Rabu (4/9).

Diketahui, PDIP mengusung Pramono Anung-Rano Karno sebagai cagub-cawagub di Pilkada DKI Jakarta 2024.

Ketua DPP PDI Perjuangan Deddy Sitorus mengungkapkan pertimbangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri memilih keduanya. Ia mengatakan Pramono-Rano Karno menjadi jalan tengah di tengah senter nama Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sehingga bisa menyatukan kedua basis pendukung yang berbeda.

"Bisa disebut beliau (Pramono Anung-Rano Karno) menjadi jalan tengah yang kemudian nanti bisa diharapkan mem-bridging antara dua kelompok ini," kata Deddy kepada wartawan di DPP PDIP, Rabu (28/8/2024), dikutip dari Detik.

Ia mengatakan PDIP telah menganalisa siapa dan bagaimana pendukung Anies maupun Ahok ketika Pilkada berjalan, dan meyakini adanya pertentangan, sehingga diambil jalan tengah untuk menyatukan.

"Kita menyadari kemudian bahwa dua kutub ini sangat ekstrem perbedaannya. Kelompok pendukung Pak Ahok, kelompok pendukung Pak Anies. Sehingga kemudian muncullah alternatif itu kembali Pak Pramono Anung sebagai jalan tengah dari dua kutub ini," jelasnya.

"Pendukung Ahok ini kan banyak dari kelompok minoritas, banyak dari kelompok-kelompok yang ingin perubahan dari kemapanan, ingin yang namanya birokrasi bersih, public services yang efektif, gitu kan. Sementara di kubu Pak Anies banyak yang kemudian sangat peduli dengan isu agama, isu rohani, bagaimana membangun kultur keagamaan yang kuat, misalnya. Bagaimana keberpihakan terhadap pengusaha pribumi, mungkin seperti itu," sambungnya.

Karena hal tersebut, pilihan jatuh kepada Pramono-Rano Karno. "Jadi ini nanti yang mudah-mudahan dengan kebesaran hati Pak Ahok, Pak Anies, ada Mas Pram dan Pak Rano, misalnya, yang kemudian bisa menjadi jembatan," lanjutnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: