Saham PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance/TUGU) melesat 7,11% atau 80 poin ke posisi Rp 1.205 per saham selama periode 30 Agustus hingga 5 September 2024. Sederet analis pun memberikan rekomendasi beli saham anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut.
Terbaru, analis BCA Sekuritas Ryan Yani Santoso dalam laporan risetnya memberikan rating buy untuk saham TUGU. Target harga untuk 12 bulan ke depan dipatok di Rp 1.600 per saham. Dengan demikian, saham TUGU berpotensi memberikan return 40,4% apabila harganya menyentuh nilai wajar.
“Inisiasi Buy TUGU dengan target harga Rp 1.600, 40% potensi upside plus dividend yield 6% atau setara dengan Price to Book Value (PBV) 0,61x tahun 2025” tulis Ryan dalam risetnya.
Ryan menyebut ada empat katalis utama yang menjadi dasar dari rekomendasi tersebut seperti potensi pertumbuhan industri, ketentuan permodalan minimal yang mendorong adanya aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A), kemampuan TUGU untuk mempertahankan rasio klaim lebih rendah dari industri serta perusahaan yang konsisten membagikan dividen kepada pemegang saham.
Baca Juga: Kinerja Kinclong, Tugu Insurance Sabet Penghargaan Insurance Market Leaders Award 2024
Masih rendahnya penetrasi asuransi non-Jiwa di Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan sektor asuransi masih terbuka ke depan. Ryan mencontohkan bahwa penetrasi asuransi non-Jiwa di Indonesia berkisar 0,39-0,48% dari PDB lebih rendah dari Singapura dan Malaysia yang mencapai lebih dari 1%.
Di sisi lain, pertumbuhan premi dalam beberapa tahun terakhir juga mencapai 9,2%. Melihat kinerja TUGU yang positif di tahun 2024, Ryan memperkirakan bahwa pertumbuhan aset TUGU bisa mencapai angka 9,1% melampaui pertumbuhan PDB nasional 5%.
Katalis lain terkait industri adalah ketentuan OJK untuk peningkatan modal minimal asuransi pada 2026 dan 2028. Menurutnya kebijakan ini akan mendorong konsolidasi industri. Perusahaan asuransi umum yang dibekingi grup-grup besar dan memiliki modal yang kuat seperti TUGU akan diuntungkan.
Sementara sejumlah asuransi kecil akan cenderung melakukan aksi M&A untuk memenuhi ketentuan tersebut. Hal ini akan membuat lanskap kompetisi berubah dan persaingan akan menjadi lebih longgar (loose).
Selain dari sisi kebijakan ketentuan modal minimal, laporan tersebut juga menyinggung bahwa wacana kewajiban asuransi Third Party Liability (TPL) untuk kendaraan bermotor di tahun 2025 juga menjadi peluang lain yang dapat ditangkap oleh TUGU terutamanya bila pemerintah membetuk konsorsium asuransi.
“TUGU bersikap hati-hati dalam menilai dan menerima nasabah, tercermin dari rasio klaim yang lebih rendah dibandingkan dengan industri pada umumnya: FY23 sebesar 36% vs. 44%.” Kata Ryan.
Ia juga menambahkan bahwa TUGU memiliki kemampuan yang baik untuk mengidentifikasi dan memetakan risiko nasabah maupun suatu proyek yang membuatnya optimis bahwa rasio klaim perseroan dapat terjaga ke depan.
Meskipun TUGU merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero), Ryan menilai bahwa bisnis TUGU tidak melulu bergantung pada induk. TUGU bahkan mampu mencari sumber pertumbuhan baru seperti dengan melakukan penetrasi segmen korporasi di BUMN lainnya maupun non BUMN, bahkan hingga ke segmen ritel yang diharap mencapai pangsa pasar lebih dari 10% dari total premi yang diperoleh.
Konsistensi TUGU dalam membagikan dividen ke pemegang saham dalam beberapa tahun terakhir dengan rasio payout 40% juga turut disorot oleh BCA Sekuritas sebagai salah satu bentuk memberikan nilai tambah ke pemegang saham sehingga menjadi saham yang layak investasi.
Selain BCA Sekuritas, beberapa analis lain juga turut memberikan rekomendasi beli saham TUGU seperti Shinhan Sekuritas dengan target harga Rp 2.050, Kiwoom Sekuritas dengan patokan target harga Rp 2.100 serta Trimegah Sekuritas dengan target Rp 2.435.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement