Hutan Wakaf Berpotensi Jadi Inisiatif Strategis dalam Penerapan ESG
Perusahaan swasta dan BUMN harus berperan aktif dalam mendorong ambisi pemerintah untuk memenuhi target Net Zero dalam Paris Agreement. Salah satunya adalah melalui penerapan ESG sebagai bagian integral dari strategi bisnis. ESG bukanlah sekadar compliance, tetapi bagian utama dari strategi perusahaan untuk bertahan di dunia bisnis.
Hal tersebut diungkapkan oleh Jeffrey Hendrik, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia dalam acara ESG Summit 2024 bertema ‘Sehati untuk Bumi’ yang diselenggarakan di Bursa Efek Jakarta. Ia juga menambahkan bahwa berbagai indeks menunjukkan perusahaan yang lebih awal mengadopsi prinsip ESG cenderung menerima apresiasi yang lebih baik dari para investor.
“Saat ini, investor tidak hanya mempertimbangkan kondisi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan, tetapi juga ESG sebagai faktor penting. Hal ini juga mendorong 97% perusahaan yang terdaftar di lantai bursa telah memberikan laporan keberlanjutannya di tahun 2023,” jelasnya.
Prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) telah diakui secara global dan diadopsi di Indonesia sebagai fondasi krusial dalam memastikan keberlanjutan bisnis. Di tengah tantangan krisis iklim yang semakin mendesak, seluruh pelaku usaha diharapkan untuk menerapkan praktik bisnis yang berkelanjutan, yang tidak hanya memberikan dampak positif terhadap lingkungan, tetapi juga bersifat inklusif dengan melibatkan partisipasi publik dan masyarakat setempat.
Salah satu program strategis yang dapat mendukung penerapan ESG dan pencapaian Nationally Determined Contributions (NDC) adalah hutan wakaf, yang didukung oleh MOSAIC (Muslims for Shared Action on Climate Impact) yang berpotensi memberikan manfaat jangka panjang bagi ekosistem dan masyarakat sekitar.
Baca Juga: Tegas Terapkan Prinsip ESG, Bank Mandiri Masuk Peringkat Majalah TIME
Aldy Permana, Project Lead MOSAIC menjelaskan bahwa dalam pengembangan wakaf hutan MOSAIC sebagai organisasi civil society berkolaborasi dengan berbagai elemen pemangku kepentingan untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan kapasitas masyarakat.
“Salah satu yang pasti kami diperhatikan, adalah metode yang partisipatif sehingga ada pengukuran dampak, yang menghindarkan implementasi ESG yang tidak holistik dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.”
Wakaf Hutan adalah inisiatif kampanye yang berupaya menggerakkan masyarakat untuk turut berkontribusi pada pengembangan hutan wakaf di Desa Cibunian, Bogor. Upaya ini berfokus pada ekstensifikasi berupa perluasan lahan dan intensifikasi penanaman pohon dan program lainnya yang akan bermanfaat secara ekologi, ekonomi, dan sosial.
“Saat ini baru ada sekitar 10 hektar hutan wakaf di seluruh Indonesia, dengan 2,5 hektar di antaranya berada di Bogor, Jawa Barat,” tambah Aldy.
Rika Novayanti, Co-Founder Purpose Climate Lab Indonesia memberikan dukungannya untuk hutan wakaf sebagai inisiatif yang memiliki potensi kolaborasi strategis dalam penerapan ESG bersama pihak swasta di Indonesia.
“Ketika pemerintah menghitung NDC, kontribusi dari pihak swasta tidak dimasukan dalam kalkulasi tersebut, sehingga memberikan peluang pihak swasta untuk monetizing karbon. Jadi Wakaf Hutan adalah kesempatan kolaborasi yang baik, dan harapannya ke depan berbagai program yang sangat community-driven seperti ini dapat melakukan valuasi nilai karbon dari hutan wakaf yang dikembangkan sehingga menjangkau banyak pihak swasta untuk turut berkontribusi pada aksi menghadapi krisis iklim secara berkelanjutan,” jelas Rika.
Baca Juga: Produk Perhutanan Sosial Perlu Digenjot Hilirisasi, Begini Kata Menterinya Jokowi
Dalam forum yang dihadiri oleh Duta Besar Singapura ini, para pemangku kepentingan berdiskusi mengenai implementasi prinsip ESG dan penerapannya di berbagai sektor di Indonesia, termasuk dalam bidang edukasi, penguatan regulasi, serta penyediaan insentif dukungan yang diperlukan. Indonesia secara resmi meluncurkan Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) pada tahun 2023, dengan tujuan utama mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerangi perubahan iklim. Inisiatif ini terutama berfokus pada pengelolaan nilai ekonomi karbon, serta berkontribusi pada upaya global untuk menghadapi krisis iklim.
“Aksi iklim berkelanjutan bukanlah perjalanan yang mudah dan kita tidak boleh menyerah. Indonesia memiliki banyak potensi, dan saya ingin melihat ASEAN yang lebih tangguh serta menjadi penggerak ekonomi masa depan," kata Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Kwok Fook Seng, yang juga terlibat aktif dalam proses adopsi Paris Agreement di negaranya.
Selain Wakaf Hutan, MOSAIC juga melaksanakan berbagai inisiatif lainnya, termasuk Sedekah Energi. Inisiatif ini bertujuan untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam mendukung rumah ibadah terlibat dalam aksi iklim melalui penyediaan energi terbarukan seperti teknologi panel tata surya. Melalui Sedekah Energi, masjid di Sembalun, yang terletak di kaki Gunung Rinjani, serta di Bantul, Yogyakarta, kini telah mengakses sumber energi terbarukan secara mandiri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement