Potong-potongan pipa paralon sepanjang 30 sentimeter itu nampak tertancap berjejer di atas lahan gambut di dekat bibir pantai Desa Sebuai, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), kemarin.
Dari lubang pipa itu menyembul dedaunan anakan bakau alias mangrove. Pipa tadi sengaja dipasang melindungi bakau dari terjangan ombak maupun gangguan binatang.
Biar lebih terjamin tumbuh, layaknya bakau-bakau yang ditanam dua tahun belakangan.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti Sardjono, nampak sumringah menengok hamparan yang baru saja ditanami itu. Dia ditemani oleh Asisten II Setdakab Kobar, Kamaludin.
Baca Juga: GAPKI Siaga Usai India Tetapkan Pajak CPO
Kamaludin datang mewakili Penjabat Bupati Kobar, Budi Santosa, yang berhalangan ikut ke lokasi penanaman mangrove itu.
Kepala Desa Sebuai, Tohari, juga ada di sana, bersama sejumlah anggota Kelompok Tani Talok. Kelompok inilah yang kelak merawat pohon-pohon bakau itu.
Ada sekitar 55 ribu batang mangrove yang ditanam di pesisir pantai desa itu, persis di lahan sekitar 20 hektar.
Dan program semacam ini, bukan kali pertama ini diinisiasi oleh GAPKI bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) di pesisir pantai yang ada di sana. Tapi sudah kali ketiga, yang dimulai pada 2021 lalu.
"Sebelumnya sudah ada 88 ribu batang pohon mangrove yang kita tanam di lahan seluas 30 hektar. Alhamdulillah, pohon mangrove itu tumbuh 90 persen," cerita Mukti kepada Warta Ekonomi melalui sambungan telepon tadi siang.
Lebih jauh lelaki 66 tahun ini menyebut, apa yang telah dilakukan oleh GAPKI dan Kemenko Marves itu adalah bagian dari komitmen GAPKI dalam pelestarian lingkungan yang berkesinambungan.
"Mudah-mudahan kegiatan ini bisa menggugah seluruh pihak untuk melakukan hal yang sama. Sebab penanganan abrasi menjadi teramat penting," bekas staf ahli Menteri Pertanian bidang lingkungan ini berharap.
Baca Juga: DPR dan GAPKI Desak Pemerintah Sikat Ninja Sawit: Negara Tak Boleh Kalah
Tak berlebihan bila Mukti punya harapan sebesar itu. Sebab kerusakan pesisir pantai telah menjadi ancaman bagi keseimbangan alam di Kalimantan Tengah (Kalteng).
Berdasarkan kajian risiko bencana nasional Kalimantan Tengah, gelombang ekstrem yang muncul akibat siklon tropis telah menimbulkan potensi abrasi di Kalteng. Kobar disebut sebagai kabupaten dengan luasan abrasi tertinggi di Kalteng.
"Kabupaten Kobar sangat memerlukan berbagai upaya pencegahan. Hal ini mendesak untuk dilakukan oleh semua pihak," ujar Kamaludin.
Bagi Tohari, abrasi pantai terus bertambah akibat perubahan iklim. Program rehabilitasi yang diinisiasi GAPKI bersama dengan Kemenko Marves tadi telah memberi dampak panjang yang luar biasa bagi Desa Sebuai.
Tak hanya mampu menahan abrasi dengan sangat efektif, rehabilitasi mangrove juga telah menciptakan ekosistem baru bagi biota laut.
"Area konservasi mangrove tidak hanya menjaga ekosistem pantai secara berkelanjutan, tapi juga mampu memberikan kehidupan baru bagi tumbuhan dan binatang laut dan ini tentu akan memberikan manfaat dan mata pencaharian baru bagi masyarakat kami," Tohari mengurai. Abdul Aziz.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Amry Nur Hidayat
Advertisement